Kabar menggembirakan datang dari Selatan Banten. Seorang pemuda, sosok inspiratif, yang juga merupakan Jaro atau Lurah di Desa Warungbanten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Ruhandi, mendapatkan penghargaan Apresiasi Ikon Prestasi Pancasila Tahun 2020 dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia. Pria kelahiran Lebak, 7 Maret 1985 tersebut adalah salah satu di antara 75 ikon terpilih kategori pegiat gerakan literasi (perorangan) berdasarkan kriteria sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), rekam jejak yang baik, berprestasi dan inovatif serta karyanya diakui oleh masyarakat, bangsa, negara, dan internasional.
Redaksi Kurungbuka tentu sangat senang dan bangga dengan Jaro Ruhandi yang mampu berprestasi di kancah nasional. Sebagai bentuk kebanggaan kami, kami mencoba menuliskan terkait prestasi dan potret perjuangannya dalam menggerakkan dan mengembangkan kampung halamannya. Beruntung, Kurungbuka akhirnya bisa menghubungi Ruhandi di sela-sela kesibukannya melayani warga Warungbanten. Berikut cuplikan wawancara kami dengannya:
- Assalamu’alaikum…. Apa kabarnya, Kang?
Wa’alaikum salam, Alhamdulillah baik, Kang.
BACA JUGA:
Jalan Ngerap Gabriel “GEE” Firmansyah
- Kami ucapkan selamat atas prestasi yang baru saja diraih Kang Jaro Ruhandi. Kami turut bahagia, Kang.
Alhamdulillah, terima kasih, Kang.
- Pasti menyenangkan, Kang, ya, dapat prestasi yang begitu membanggakan?
Senang, Ini dijadikan pemantik bagi saya untuk terus berkarya yang lebih baik lagi, Kang.
- Popularitas sepertinya naik juga, ya, Kang? Lantas bagaimana jadinya jika suatu saat dengan popularitas yang dimiliki saat ini ada yang melirik atau menginginkan Kang Ruhandi untuk melenggang ke nasional dan berkiprah di dunia luar desa?
Perjalanan hidup siapa yang tahu, saya akhirnya menjadi kades (kepala desa-red), ya, sudah dijalani saja. Tapi tidak meninggalkan kebiasaan lama saya soal gerilya ke bawah itu.
- Berarti akan tetap di daerah sendiri?
Kalau pengabdian di mana pun tidak jadi masalah, sekalipun di pelosok. Kalau ada yang membutuhkan, kita datang.
- Berbicara soal desa, Kang Ruhandi kan sudah lama berkiprah nih di desa, lalu apa sih permasalahan utama yang terjadi di desa?
Desa dibilang rumit, ya rumit; tidak, ya tidak. Persoalannya, maaf, kebanyakan para pejabat rata-rata terlalu mudah menyimpulkan keinginan masyarakat. Seperti ini misalkan, “ah masyarakat mah yang penting jalan bagus”. Padahal sebenarnya ada kebutuhan yang tidak perlu masyarakat sampaikan, tapi itu mendasar baik seperti pertanian, peternakan, dan pendidikan sudah pasti. Mereka menganggap pembangunan itu adalah sarana dan prasarana saja, padahal pembangunan lain yang tidak kalah pentingnya adalah pembangunan sumber daya manusia, seperti dalam lagu kebangsaan kita Indonesia Raya, bangunlah jiwanya, bangunlah badannya…
- Terkait pembangunan, kami lihat jiwa membangun Kang Ruhandi begitu besar, lalu apa pemantikanya?
Saya berasal dari keluarga yang kurang mampu, terus saya akui saya bisa begini karena banyak tangan-tangan yang membantu dan hakikatnya dari Allah. Kemudian tekad yang kuat, karena kalau sudah dibantu dan tidak punya tekad juga percuma. Akhirnya saya berpikir saya harus berbuat baik kepada orang lain yang membutuhkan. Terus motivasi dari pegiat gerakan literasi seluruh Indonesia yang bergerak untuk masyarakat tapi tidak pamrih. Jadi itu yang saya suka, tidak ada pamrih, meski bergerak sedikit pun tapi tidak berorientasi pada proyek-proyek. Kemudian saya juga sering baca buku kisah–kisah para sahabat, buku perjuangan pahlawan-pahlawan nasional, dan buku lain yang bermanfaat, itu menjadi stimulus bagi saya.
- Tentu tidak mudah bergerak di desa, terutama menggerakkan para pemudanya, apa sih tips rahasia Kang Ruhandi untuk menggerakkan mereka melalui TBM Kuli Maca yang Kang Ruhandi dirikan?
Sebenarnya saya tidak merasa berhasil menggerakan mereka, kita kembali ke zaman Rasulullah Saw., sudah jelas Rasulullah dan para sahabat adalah manusia terbaik, tetapi betapa banyak yang tidak suka. Persoalannya hanya masalah kesabaran. Apakah kita sabar untuk menghadapi itu, sabar untuk tidak mencari kekayaan, sabar untuk tidak korupsi, dan bermewah-mewahan. Sebenarnya berhasil itu hanya masalah waktu, sih.
Apa harapan Kang Ruhandi terhadap pemuda yang ada di desa?
Jadi kalau keingian saya sederhana, pemuda mencari ilmu boleh ke mana saja, sekolah boleh ke mana saja, dan itu wajib malah. Sekolah yang tinggi itu penting, tetapi pada akhirnya tetap kembali pada kampung halaman, kembali ke desa dan membangun desa, karena kalau berbicara masalah ekonomi maka desalah tempatnya. Karena di desa itu banyak potensi. Cuma masalahnya adalah bagaimana kita mampu memupuk rasa percaya diri kita, kedua keikhlasan kita. Hal-hal seperti ilmu ada tapi kepercayaan diri kurang percuma juga. Kurang yakinnya kita soal desa bisa memberikan penghidupan bagi kita itu adalah kesalahan besar. Padahal orang kota hidup ya dengan segala yang ada di desa, kan?
- Mungkin itu yang membuat para pemuda di desa berbondong-bondong pergi ke kota?
betul. Jadi makanya jangan salahkan ketika orang luar masuk ke desa-desa, karena desa kita abaikan. Makanya kita jangan salahkan dulu orang lain, misal kok ini dibangun oleh orang luar, padahal ini juga adalah kesalahan kita.
- Tapi mungkin karena mereka mentok nyari kerja di desa, Kang?
Ini yang salah. Rizki bisa datang dari mana saja. Makanya lucu, lantas tujuan sekolah untuk apa? Hanya untuk kerja? Dari niat saja sudah salah. Makanya wajar ketika desa-desa sulit maju karena memang faktornya rupanya bukan hanya soal pemimpinnya saja, tapi rakyatnya juga begitu.
- Bisa begitu pasti karena ada faktor, apakah karena sistem pendidikan atau memang kultur kita sudah seperti itu?
Sebenarnya sederhana, Kang, keimanan yang kurang. Agama sudah mengajarkan kalau kita ikhtiar rizki itu pasti datang dari mana saja, dan Allah menyediakan rizki kita tapi kita malah tidak percaya itu, misal kalau kita tidak kerja di kantoran maka akan dikasih makan apa anak istri kita. Jadi hal itu sebanarnya adalah keyakinannya yang hilang, kemudian kalau tidak korupsi jadi kades maka tidak bisa bangun rumah juga adalah pemahaman yang sangat salah.
- Sehingga kita terperosok ke jurang materialistik?
Begitulah. Secara tidak sadar banyak hal yang menurut mereka agama padahal itu duniawi. Itu persis seperti pengen tanaman padi yang luas, banyak, tapi nanam di hutan lindung. Itu sudah merusak alam, begitu.
- Wow, saya cukup tercengang dengan pembicaraan malam ini, Kang. Tidak saya sangka!
Tidak ada yang istimewa dalam diri saya, Kang. Saya hanya bekerja sesuai kemampuan, bantuan orang lain, dan Allah yang menentukan.
- Sebelum ditutup, ada yang ingin disampaikan lagi, Kang?
Ayo generasi muda jangan patah semangat berikan seluruh jiwa raga untuk Indonesia, jangan pernah berharap balasan dari apa yang telah kita berikan, karena tidak ada kebaikan yang sia–sia.
- Okeh, satu pertanyaan lagi, Kang, apa yang akan dilakukan Kang Ruhandi selanjutnya dalam waktu dekat atau dalam jangka panjang nanti?
Saya akan terus berkarya untuk Indonesia sesuai kemampuan saya walaupun sudah tidak jadi kades. Jadi Kades bagi saya, anggap saja seperti kita diajak mampir ke rumah orang, ketika yang punya rumah sudah tidak berkenan maka kita teruskan perjalanan berikutnya.
- Siap, Kang. Sekali lagi kami sangat terkesan dengan pembicaraan malam ini. Mohon maaf apabila ada yang kurang berkenan dengan apa yang kami sampaikan. Terima kasih, Kang. Semoga bisa terus menginspirasi.
Aamiin,iya sama-sama. Sukses terus untuk Kurungbuka. (lemri/red)
Trackback/Pingback