KURUNGBUKA.com – (02/01/2024) Yang menulis buku, yang berhak mengatakan mudah atau sulit. Pengarang besar tak akan menulis buku-buku dengan mudah. Ia memiliki perbedaan tingkat kesulitan menggarap buku. Yang sulit atau mudah adalah perwujudan gairah menulis ketimbang bermalas-malasan.
“Setiap buku adalah langkah maju,” kata Gabriel Garcia Marquez (1975). Kita membayangkan gerak dan kekuatan. Ia menulis buku-buku yang tidak semuanya mudah. Sulit justru membuktikan “langkah maju”.
Para pembaca boleh menebak buku-buku yang mudah atau sulit ditulis meski tidak harus percaya yang dinyatakan pengarang. Tebakan berdasarkan pengalaman membaca buku. Hari-hari dihabiskan pengarang agar rampung menulis novel.
Waktu yang tidak disia-siakan untuk cerita yang tertuliskan. Gabriel Garcia Marquez bilang: “Dan, aku menuliskan buku-buku supaya aku bisa membacanya.” Semula, ia yang menulis. Pada akhirnya, ia menjadi pembaca. Ia makin mengerti tentang mudah dan sulit.
Namun, ia pernah lelah. Novel adalah waktu. Kita mengartikan waktu-menulis, waktu-terbit, dan waktu-baca. Jawaban yang menyebalkan jika novel baru terbit memicu orang bertanya novel selanjutnya. Waktu tidak mau terputus. Padahal, lelah dan jeda milik pengarang.
Maka, pengarang Seratus Tahun Kesunyian itu berkelakar tentang diri dan novel setelah dituntut menjawab “harus” menghasilkan novel-novel baru setelah novel terbit: “Jadi, aku takut saat terbangun di suatu hari nanti, tidak tahu harus melakukan apa.” Para pembaca yang keterlaluan “menghukum” pengarang agar selalu menulis novel, tidak boleh istirahat atau membelok sebentar.
(David Streidfeld, 2015, Gabriel Garcia Marquez: Wawancara Terakhir dan Percakapan-Percakapan Lainnya, Circa)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<