KURUNGBUKA.com – (03/01/2024) Pengarang asal Kolombia itu mengenang masa kecil: “Perempuan yang mengajariku membaca sangat cantik dan anggun. Kerap alasanku berangkat ke sekolah supaya aku bisa melihatnya.” Bocah yang belajar membaca, yang beruntung di hadapan guru cantik.
Ia membaca huruf-huruf tapi perempuan cantik yang membuatnya kelak membaca segalanya. Gabriel Garcia Marquez mengatakan bahwa perempuan itu “membimbing” dalam perjalanan yang jauh. Sejak mula, yang dipahaminya adalah huruf dan perempuan.
Pada saat ia menjadi pengarang novel dan cerita pendek, tokoh-tokoh perempuan sangat mendapat perhatian dari para pembaca. Perempuan yang dibaca dalam keluarga dan gerak sejarah. Gabriel Garcia Marquez tidak bisa diam saja bila para pembaca beradu tafsir tentang pengarang, novel, dan perempuan.
Pada posisi bercampur antara yang menulis dan membaca, Gabriel Garcia Marquez (1983) mengatakan: “… perempuan menegakkan tata tertib sosial dengan tangan besi selagi para lelaki berkelana dengan kecenderungan goblok tanpa batas, yang jadi pendorong sejarah.” Ia mengingatkan situasi di Amerika Latin.
Pada mulanya, masalah terpenting adalah perempuan dalam keluarga. Agenda menulis, agenda membuka kembali pengalaman dalam keluarga dan arus sejarah yang belum berhenti. Setelah novel-novel terbit, Gabriel Garcia Marquez memberi penjelasan lanjutan mengenai perempuan dalam wawancara-wawancara.
Ia tidak bisa mengelak. Yang membaca novel-novel menemukan kobaran revolusi tapi yang membutuhkan jawaban-jawaban adalah penokohan perempuan. Pada akhirnya, Gabriel Garcia Marquez mengajak kita membaca perempuan setelah huruf-huruf yang khatam. Kita yang membaca jauh dari Amerika Latin.
(David Streidfeld, 2015, Gabriel Garcia Marquez: Wawancara Terakhir dan Percakapan-Percakapan Lainnya, Circa)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<