Pada zaman dahulu, di negeri Manjada Wajadda, setiap tahunnya diadakan sebuah sayembara dari Kerajaan Forceland. Kali ini adalah sayembara ketiga yang diadakan oleh Raja Melodi. Tak perlu mengumumkannya, warga negeri Manjada Wajadda sudah berbondong-bondong pergi ke istana kerajaan.

Ratusan bahkan ribuan warga mendaftar untuk ikut sayembara sebab hadiahnya sangat menarik! Ya, hadiahnya adalah menjadi kesatria kerajaan. Siapa yang tidak mau? Namun, warga yang sedang bergerombol untuk mendaftar dikejutkan oleh seorang anak laki-laki yang ikut mengantre dengan membawa mobil mainannya. Hal itu mengundang tawa semua orang yang hadir di sana.

“Kau mau apa, bocah kecil?” tanya seorang paman kepadanya.

“Aku mau ikut sayembara ini, Paman. Bukankah sayembara ini berupa balapan?” Anak itu menjawab dengan sangat polos.

“Ya, balapan! Namun, aku tidak tahu ini balapan apa,” ujar si paman sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Anak laki-laki itu menunjuk papan yang bertuliskan “BALAPAN TAMIA”. Seluruh pasang mata yang melihat papan itu terkejut bukan main. Mereka merasa malu telah mentertawakan anak kecil yang dengan polosnya datang membawa mobil mainan, sedangkan mereka malah membawa busur panah, tongkat, dan senjata perang lainnya.

“Kau teliti sekali, Nak. Siapa namamu?” Paman yang membawa busur panah itu turut memuji.

“Robert,” sahut anak kecil itu.

“Robert, silakan kau mendaftar. Semoga berhasil, Nak!” ucap paman tadi memberi semangat.

Robert mendaftarkan diri. Warga yang tadi mengantre pun pulang kembali.

Hari semakin siang, pendaftar kembali ramai. Banyak anak-anak desa yang ikut mendaftarkan diri seperti Robert. Mereka membawa mobil mainan mereka yang beragam, tetapi masih memenuhi persyaratan.

Menjelang sore, pendaftaran sayembara ditutup. Para peserta diberikan fasilitas berupa asrama untuk menginap. Sayembara akan dimulai esok pagi. Kamar Robert berada di paling belakang dan paling pojok. Robert tak mempermasalahkannya selagi ia masih bisa tidur dengan nyaman.

Malam hari, ditemani bunyi jangkrik, Robert membersihkan mobil tamianya yang ia beri nama Frako. Robert sangat menyayangi Frako sebab ia adalah hadiah pemberian ibunya yang telah tiada.

“Frako, kamu menang ya, supaya Mama bangga sama kamu!” ucap Robert sambil mengelus-elus Frako.

Robert meletakkan Frako di sebelahnya dan menyelimutinya. Mereka tidur bersama untuk menyambut hari esok yang entah bagaimana.

Pagi harinya seluruh peserta berada di arena balapan. Para peserta dihadapkan kepada Raja Melodi dan Putri Nada. Banyak warga desa berbondong-bondong menyaksikan balapan ini.

“Pemenang balapan ini akan kami angkat menjadi kesatria. Kesatria itu bukan dibentuk untuk berperang, melainkan untuk menjaga Putri Nada kalau keluar dari istana. Mereka yang berhasil lolos di babak pertama akan dilatih dan akan dilombakan lagi,” jelas Raja Melodi. Semua peserta mengangguk paham.

Para peserta dipanggil namanya oleh menteri kerajaan. Robert mendapat urutan balapan pertama, jadi ia dan Frako harus bersiap sekarang untuk menghadapi empat peserta lainnya.

Lima peserta pertama sudah bersiap di tempatnya dan tamia mereka sudah berada di lapangan untuk berlaga bersama.

“Bersedia! Siap! Mulai!” seru menteri kerajaan sambil mengibaskan bendera hitam-putih.

Frako melaju kencang. Ia bergerak dengan lincah dan melakukan gaya tipu untuk memengaruhi gerak tamia lain. Robert memakai jurus-jurus yang sudah ia latih sebelumnya. Frako tetap memimpin, tetapi di belakangnya ada tamia merah sedang berusaha mempercepat lajunya agar berada di depan Frako.

DUARR!!!

Seketika arena balapan dipenuhi asap. Tamia merah yang tadi berada tepat di belakang Frako mendadak keluar dari arena dan meledak. Entah apa penyebabnya.

Radok, pemilik tamia merah tadi, memandang sinis ke arah Robert, seolah Robertlah yang menyebabkan tamia merah Radok meledak.

Balapan tetap dilanjutkan dan Radok tereliminasi dari pertandingan. Frako tetap memimpin, tamia hijau Robert memang terbaik! Sudah lima putaran dan Frako tetap memimpin. Frako dan Robert lolos di pertandingan pertama.

Hari ini sudah dua puluh pertandingan dan besok akan ada dua puluh peserta yang mengikuti balapan lagi. Ya, balapan ini diadakan selama tiga hari berturut-turut. Dan, Robert berharap bisa memenangkan balapan agar bisa membahagiakan si pemberi Frako.

Menjelang sore para peserta yang lolos diberi tempat khusus untuk melatih tamia mereka. Seperti Robert sekarang, ia sedang melatih Frako dengan jurus-jurus yang diberikan pamannya dahulu saat ibunya masih berpijak di bumi.

“Frako! Speed!” Sambil memencet tombol merah di remote controlnya, Robert berseru heboh. Tamia hijau itu seperti tak pernah kehabisan bahan bakar. Frako terus melaju kencang, padahal Robert belum mengisi ulang bahan bakarnya.

Di sela-sela latihannya, barulah Robert teringat kalau bahan bakar Frako sudah tinggal sedikit. Ia segera mengisi ulang bahan bakar Frako di kamarnya. Frako dan Robert beristirahat sebentar.

Robert tertidur hingga pukul tujuh malam. Ia terbangun ketika ada pengawal yang mengetuk pintunya. Robert segera berkumpul bersama dengan peserta lain. Tak lupa, ia juga membawa Frako, tamia kesayangannya.

“Apakah kalian siap melakukan balapan untuk besok?” tanya Raja Melodi dengan suara menggelegar.

“Siap, Tuan!” seru para peserta bersamaan.

Raja Melodi tersenyum mendengarnya. Begitu pula Putri Nada yang sudah tak sabar menunggu hasilnya. Raja Melodi terus memberikan semangat dan petuah-petuah lainnya kepada para peserta agar mereka tidak putus asa dan tidak berkecil hati. Kemudian Raja Melodi mempersilakan semuanya untuk beristirahat.

Robert baru ingat, ia belum menyelesaikan latihannya karena tadi bahan bakar Frako hampir habis. Ia jadi bimbang dengan balapan besok.

“Frako, kamu tidur ya. Besok kamu harus ingat jurus-jurus yang Paman ajarkan kepadamu ketika kita di desa dulu.” Setelah itu Robert pergi tidur lagi.

Hari sudah pagi, para peserta diminta untuk bersiap-siap balapan lagi. Robert melatih Frako lagi walaupun hanya setengah jam.

Pembukaan kali ini sedikit berbeda. Ada nyanyian yang mengharuskan para penonton berdiri dan ikut menyanyi.

Na na na na na

Ye ye ye ye ye

Sya la la la la

Semuanya berlaga

Berlomba

Dengan hati yang lapang

Setelah lagu tersebut dinyanyikan tiga kali, balapan pertama dimulai dan untuk kedua kalinya Robert masuk ke dalam balapan yang pertama bersama tiga orang lainnya.

Frako kembali memimpin dan kali ini tragedi yang sama terulang kembali. Dua tamia yang akan mengambil posisi Frako keluar dari arena dan meledak.

DUARR!!!

DUARR!!!

Asap mengepul lebih pekat. Eveline dan Draka, pemilik dua tamia tersebut, memandang Robert dengan tajam. Robert tak menghiraukannya, ia tinggal melaju terus,  menjadi yang pertama, dan menang. Itulah yang ada dipikiran Robert.

Ya, benar, apa yang kita pikirkan adalah apa yang akan terjadi berikutnya. Frako memenangkan balapan lagi. Baiklah, tinggal satu kali balapan dan menang! Robert kembali berpikir positif dan mengedarkan pandangan ke arah penonton.

“Mama?” Robert melihat seseorang dengan rambut panjang terurai dan senyum mengembang. Ia seperti ibunya! Namun, ketika Robert menurunkan pandangan untuk sesaat, ibunya sudah menghilang.

Balapan selesai, dan ada lima peserta yang akan masuk ke balapan final. Para peserta diizinkan beristirahat dan berlatih kembali. Kali ini Robert langsung mengisi bahan bakar Frako agar nanti mereka langsung dapat berlatih.

Waktu berlalu sangat cepat, balapan final sudah dimulai. Robert terus mempercepat laju Frako agar tetap berada di nomor satu. Frako harus bisa membanggakan ibunya! Robert terus berpikir untuk menang.

Dan, benar, Frako menjadi nomor satu kembali. Ia memenangkan balapan. Robert diangkat sebagai kesatria kerajaan untuk menjaga Putri Nada.

Setelah itu, Robert pergi ke makam ibunya. Ia mengucapkan terima kasih kepada ibunya yang selalu menyertainya. Robert menjadi kestaria hebat di Kerajaan Manjada Wajadda berkat sayembara Balapan Tamia.

Kini, hidup Robert menjadi lebih baik. Dahulu ia sangat diremehkan karena miskin dan tidak memiliki orang tua seperti anak-anak yang lain. Namun, sekarang ia sudah menjadi kesatria yang disegani para penduduk desa di Negeri Manjada Wajadda.[]