Mungkin kita sudah tak asing dengan meme yang kerap berseliweran di media sosial. Pada umumnya, meme dipahami sebagai cuplikan gambar dari acara televisi, film, atau gambar buatan sendiri yang dimodifikasi dengan menambahkan kata atau tulisan lucu bertujuan untuk menghibur. Dengan adanya meme, warganet setidaknya bisa terhibur dan membagi kembali meme itu agar bisa dilihat oleh warganet lainnya. Jadilah meme seperti virus yang membuat warganet lain ikut tertawa dan kembali menyebarkannya.

Meme ternyata bukan hanya sekadar cuplikan gambar atau foto yang dimodifikasi dengan tulisan lucu saja, tapi lebih luas dari itu. Seorang biolog dari Oxford University, Richard Dawkins, yang pertama kali mencetuskan kata “meme” dalam bukunya berjudul The Selfish Gene (1976).

Meme inilah menurut Dawkins menjadi dasar evolusi kebudayaan manusia yang mampu berkembang bak virus, yakni menembus, berlipat ganda, dan menyebar. Contoh meme yag mula-mula dirumuskan Dawkins berupa lagu, gagasan, kata-kata yang sedang tren, mode pakaian, dan cara-cara membuat gerabah atau kubah bangunan. Dari situ pula muncul memetika — cabang ilmu baru yang mempelajari meme.

Lagu, gagasan ataupun kata yang melekat erat di benak seseorang kemudian menggerakkan orang itu untuk menyebarkannya lagi kepada teman yang lain, maka hal tersebut bisa dibilang meme. Jadi, meme semacam “virus akal budi” yang menular dari otak ke otak, menjangkiti pikiran kita, lalu membuat kita menyebarkannya.

Dalam buku Virus Akalbudi (2014), programer asal Amerika Serikat, Richard Brodie menerangkan, “Virus akal budi adalah sesuatu yang berkembang di dunia ini yang menjangkiti orang dengan meme. Meme ini, pada gilirannya, memengaruhi perilaku orang-orang yang terjangkiti sedemikian rupa sehingga mereka menolong melestarikan dan menyebarkan virus tersebut.”

Adapun meme sekarang kian masif diproduksi kemudian disebar untuk membentuk perilaku serta pola pikir khalayak. Dengan munculnya koran, televisi, radio, film, maupun media sosial, meme yang dibangun oleh individu atau kelompok dapat menyebar dengan luwes. Namun, perlu diingat bahwa sesuatu bisa disebut meme jika berhasil berlipat ganda kemudian menyebar ke pikiran orang lain dan memengaruhi cara ia berperilaku.

Oleh sebab itu, biasanya meme yang laku di pasaran kerap bertalian dengan bahaya, makanan, dan seks. Lebih lengkap lagi, meme yang sukses, disusun dengan embel-embel krisis, misi, masalah, dan peluang. Hal ini karena faktor-faktor tersebut bagian dari “otak reptil.”

Seperti yang dijelaskan ahli saraf asal Amerika Serikat, Paul Donald Maclean, dalam The Triune Brain Theory  bahwaotak reptil adalah bagian otak yang menyimpan sifat “primitif” manusia seperti food (makan), flight (kabur), fight (berkelahi), dan fuck (berahi). Brodie menyebutnya sebagai insting yang memang sudah ada sejak zaman purbakala dan melekat sampai sekarang. Insting itu biasa digunakan untuk bertahan hidup dan berkembang biak.

Proses Kerja Meme dan Pengaruhnya

Tadi dijelaskan bahwa koran, televisi, radio, film, atau media sosial turut membantu persebaran meme. Meme sendiri memiliki berbagai rupa di antaranya yang berkaitan erat dengan beberapa media di atas, yakni periklanan dan pemberitaan. Dua hal itu sering kali ditemui di berbagai media massa, dan kini merambah ke media sosial — yang menghubungkan umat manusia di dunia.

Kita mengenal iklan, dalam hal ini iklan komersial, sebagai kegiatan berpromosi barang atau jasa yang dimaksud untuk menginterpretasikan kualitas produk, jasa, dan ide berdasarkan kebutuhan serta keinginan konsumen. Sementara itu, pemberitaan adalah proses, cara, dan perbuatan memberitakan. Pemberitaan tentu tak lepas dari ilmu jurnalistik.

Di dunia periklanan dan pemberitaan ini, dapat kita lihat bagaimana meme bekerja untuk bisa memengaruhi khalayak. Misal, pada November 2019, muncul iklan trader saham, Binomo yang viral dengan sang bintang iklan bernama Budi Setiawan alias Yosua Putra. Dalam iklan itu, dia berkata, “Jutaan orang bahkan tidak menyadari bahwa dirinya bisa menghasilkan 1000 dolar tanpa meninggalkan rumah.”

Tentu pernyataan si bintang iklan itu membuat pemirsa mengernyitkan dahi. Apalagi setelah diketahui bahwa sang bintang iklan bukanlah trader saham profesional melainkan seorang musisi yang hidupnya sederhana. Kini, dia tinggal di Bali dengan menyewa kos-kosan seharga Rp650.000 dan mengaku kesusahan.

Dari sudut pandang meme, iklan Binomo mencoba untuk membundel promosi produknya dengan unsur “peluang.” Hal itu dilihat dari kalimat “Menghasilkan 1000 dolar tanpa meninggalkan rumah”, ditambah lagi dengan kalimat sensasional yang buat penasaran “Jutaan orang bahkan tidak menyadari”. Sungguh iklan yang begitu menggemparkan khalayak. Lantas dari situ, iklan tersebut menyebar ke media sosial. Disaksikan oleh ratusan juta penduduk Indonesia. Hasilnya, banyak sekali meme-meme bernada humor satire yang membuat kita tertawa.

Iklan selanjutnya bisa dibilang cerdik. Pada Oktober 2019, sebuah pengembang properti hunian mempromosikan produknya dengan embel-embel “Beli rumah dapat janda muda”. Diketahui, pengembang properti tersebut adalah PT Kayana Inti Selaras selaku pengembang The Orchard Residences @Parung.

Usut punya usut, “janda muda” yang dimaksud hanyalah strategi pemasaran untuk menggaet konsumen. “Janda muda” dalam promosi itu merupakan akronim dari “Jaminan, Asuransi kebakaran, Nokia 5.1, Diskon uang muka, Angsuran ringan (Janda), serta Menginap di Phuket atau Bali, Untung dan Aman (Muda)”.

Dalam hal ini, pengembang properti mempromosikan produknya dengan unsur “seks”. Penggunaan kata “janda muda” tentu membuat khalayak penasaran. Kata “janda” sendiri di Indonesia kerap diartikan sebagai hal negatif dan bisa juga dikaitkan dengan seorang wanita—tanpa suami—yang butuh belaian kasih. Kemudian janda sering kali dianggap sebagai perusak rumah tangga atau penggoda suami orang, padahal belum tentu.

Beralih ke dunia pemberitaan. Liputan “Investigasi” mengenai makanan atau jajanan berbahaya mengandung boraks maupun bahan berbahaya lainnya, bisa menjadi contoh meme yang disusun dengan unsur “bahaya” dan “makanan”. Laporan jurnalistik macam ini mampu memengaruhi khalayak untuk selektif dalam mengonsumsi suatu hidangan. Lebih parah lagi, jika laporan di-framing sedemikan rupa bahwa makanan atau jajanan pedagang kaki lima (PKL) tidaklah sehat dan cederung menjadi sumber penyakit, tentu ini akan merugikan pedagang sejenis yang berjualan penuh kejujuran.

Menilik dari beberapa contoh meme di atas, bahwa meme yang mencuri perhatian tak lepas dari bahaya, makanan, seks, dan peluang. Keempat hal tersebut menjadi bahan utama untuk menyukseskan meme masuk ke benak kita kemudian berlipat ganda dan menyebar ke pikiran orang lain. Bisa saja kelak akan muncul kembali meme-meme serupa yang membikin kita trenyuh, tertawa atau bahkan heran.

Namun pasti, manusia tidak bisa lepas dari keberadaan meme-meme itu. Sebab, pada dasarnya, di setiap diri manusia adalah hasil gagasan atau pemikiran orang lain yang diterima oleh manusia iu sendiri sebagai bagian dari hidupnya. Jadi, sulit sekali manusia bisa secara utuh menjadi dirinya sendiri secara paripurna. Oleh sebab itu, tugas kita adalah untuk menyeleksi, meme mana yang kita butuhkan untuk menunjang kehidupan kita nanti di masa depan agar bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.***