KURUNGBUKA.com, SERANG – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai dan tidak lupa akan sejarahnya. Begitulah kalimat yang diungkapkan oleh para pendiri bangsa ini.
Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Dimulai dari masa pra-sejarah, masa Hindu-Budha, masa Islam, masa kolonialisme, masa pergerakan nasional, masa pendudukan Jepang, masa kemerdekaan, masa revolusi, masa Orde Lama, masa Orde Baru dan masa Reformasi.
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran (Mapel) wajib yang diajarkan di sekolah. Dari tingkat Sekolah Dasar hingga tingkat Sekolah Menengah Atas, pelajaran sejarah selalu diajarkan.
Namun, seringkali mapel sejarah menjadi mapel yang paling dibenci oleh para siswa. Alasannya karena di dalam mapel ini memuat peristiwa, tahun-tahun kejadian dan nama-nama tokoh (pelaku sejarah). Ditambah metode pengajarannya yang tidak kreatif. Hal inilah yang membuat para siswa merasa mengantuk, jenuh dan membosankan.
Banyak ragam metode pembelajaran yang mesti diterapkan dalam pembelajaran mapel sejarah. Contohnya metode pengajaran dalam Outing Class. Dalam metode pembelajaran ini, pengajaran yang kreatif, aktif, inovatif dan menyenangkan dapat terwujud.
Seperti halnya yang dilakukan oleh Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Khairiyah Karangtengah. Pada hari jum’at, (02/02/2024), madrasah ini mengunjungi Kawasan Banten Lama, Serang. Mereka datang untuk belajar sejarah masuknya Islam ke Banten dan berdirinya Kerajaan Islam Banten.
Peserta yang berjumlah lima puluh siswa dan tiga pendamping ini mengawali kegiatan kunjungan dimulai dari Keraton Kaibon. Dipandu oleh Ibu Ade, pegawai dari BPK (Balai Pelestarian Kebudayaan) Wilayah VIII, para siswa antusias mendengarkan materi sejarah berdirinya Kerajaan Islam Banten.
Keraton Kaibon merupakan salah satu benda cagar budaya yang berada di dalam Kawasan Banten Lama. Kata Kaibon berasal dari kata ka-ibu-an. Keraton yang dibangun pada tahun 1815 ini diperuntukkan sebagai tempat tinggal Ibunda Sultan. Pada tahun 1832, Keraton Kaibon dihancurkan oleh Belanda. Sisa-sisa reruntuhan yang masih tersisa hingga hari ini yaitu pintu gerbang paduraksa, tembok keraton, masjid dan pintu gerbang berbentuk bentar.
Dari Keraton Kaibon, pemandu mengajak peserta mengunjungi Keraton Surosowan dan Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Keraton yang memiliki luas 3 ha dibangun antara tahun 1552 hingga tahun 1570. Keraton Surosowan difungsikan sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan sekaligus pusat pemerintahan Kerajaan Islam Banten.

Meskipun cuaca cukup terik, para peserta nampak antusias mengikuti penjelasan yang disampaikan oleh pemandu. Setelah diajak keliling Keraton Surosowan, pemandu membawa para peserta masuk ke dalam Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama. Di dalam museum, peserta dapat belajar mandiri dengan cara mengamati benda-benda peninggalan Kerajaan Islam Banten.
Menurut Muthakin, salah satu pendamping sekaligus guru mapel Sejarah Kebudayaan Islam, metode Outing Class ini cukup berhasil. “Dari awal kegiatan di Kaibon hingga di dalam museum anak-anak masih semangat. Mereka juga aktif bertanya ke pemandu,” ujarnya.
Muthakin juga berharap, semangat, minat terhadap sejarah dan keaktifan peserta tetap terjaga. “Semoga antusias dan keaktifan mereka terjaga ketika nanti pembelajaran di dalam kelas,” ujarnya. “Semoga dengan adanya kegiatan ini, anak-anak kami lebih sadar bahwa bangsa ini adalah bangsa yang besar. Anak-anak kami lebih cinta lagi terhadap sejarah,” sambungnya.
Kunjungan ke Kawasan Banten Lama diakhiri di Benteng Speelwijk. Benteng yang berdiri tak jauh dari Vihara Avalokitesvara ini dibangun VOC (Vereenigde Oost-indische Compagnie) pada tahun 1685-1686.
Dirancang oleh Hendrik Lucas Cardeel, benteng Speelwijk berfungsi sebagai pertahanan militer VOC, gudang dan tempat tinggal beberapa orang Eropa di Banten. Nama Speelwijk sendiri diambil dari nama Gubernur VOC yang menjabat tahun 1681-1684, yaitu Cornelis Jansz Speelman.
Kegiatan ini mendapat respon positif dari para peserta. Menurut Tazkiyah Ramadani, kegiatan Outing Class ini menambah pengetahuan sejarah Banten. “Beruntung bisa ikut kegiatan Outing Class ini. Saya bisa tahu sejarah Banten. Bisa tahu seni dan kebudayaan Banten. Pokoknya kegiatan ini the best. Seru. Asyik,” ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Kaila Sari. Ia terkesan akan sejarah Banten yang begitu panjang. “Senang ikut kegiatan ini. Saya jadi tau sejarah Banten. Peninggalan-peninggalannya. Sekarang suka banget dengan sejarah karena bisa datang ke tempatnya langsung. Jadi semakin tertarik untuk belajar sejarah,” imbuhnya.
Kaila Sari juga berharap, orang Banten harus tahu akan sejarahnya. Ia berpesan bahwa orang Banten harus berkunjung ke tempat ini.
“Buat siapa pun itu. Terkhusus untuk orang Banten, harus banget datang dan berkunjung ke tempat-tempat sejarah yang ada di Banten,” Pungkasnya. (mtk/dhe)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia dan membagikan berita-berita yang menarik lainnya. >>> KLIK DI SINI <<<