Rahmat ‘Abasa
dari sebuah alunan syair Rabi’ah
mengalirkan air (rahmat) dari segala yang menggantung meneguk penat.
si mukmin menyulut doa
ia persembahkan untuk 99 pewaris nama yang mulia
sedang bagiNya, baik-buruk dimudahkan atas segala.
maka puing-puing Maha Perkasa bertebaran
hingga tumbuh bunga-bunga tauhid yang berselancar dalam ingatan.
segumpal hati yang kabut
disiramnya menjadi lembut
bagi A’basa yang tak pernah kemelut.
Sumenep, 14 Ramadan 1445 H
***
Menjelang Hari Raya
menjelang hari raya aku tidak punya apa-apa
tidak ada baju baru
jilbab, lipstik atau cemilan Khong Guan.
menjelang hari raya
hari yang penuh bahagia
aku hanya berharap
semoga ada THR berupa pahala
dari Tuhan Yang Maha
sebagai hadiah di hari yang tak pernah tertunda.
Madura, 2024
***
Percakapan Anak Kecil dan Seorang Kakek Menuju Tempat Teduh
aku melihat anak kecil yang tumbuh mengukir nasib
matanya terpecah dua membagi luka dan tawa dalam sekeping derita
barangkali, lautan teduh adalah ombak menyibak pasir baginya.
“aku merasakan ada getir rindu, tapi tidak tahu di mana tempatnya.”
“benarkah? barangkali di dalam dadamu.”
“Tuhan Maha Agungkah yang sedang mengujiku?”
mereka bercakap-cakap begitu khidmah. menghitung luka. lalu menimbangnya
hingga ambruk tubuh mungilnya.
“Kakek, apakah ibu bisa melihat aku yang begini dan begitu?”
“tentu. Kau tinggal menikmati letupan-letupan yang saat ini terjadi. lalu, kau khusukkan wirid-wirid dalam hati, dalam sekali. Hingga kau tak lagi merasakan nyeri.”
“benarkah?”
“benar.”
“lalu, di manakah sekarang ibu berada? aku ingin menemuinya.”
176 meter perjalanan menuju tempat teduh, jalanan runtuh. langit membentuk kabut asap. tidak ada lagi yang berani membuka suara, kecuali orang-orang yang mengutuk penjara.
Madura, 2023
***
Sebelum Tidur
sebelum tidur Tuhan tak pernah alpa menitipkan kenikmatan untuk hambaNya.
kemudian pada tidurmu
yang malam
yang pelan
yang diam-diam terpejam
di sekeliling ada beribu malaikat
memantau
seperti kunang-kunang
yang hinggap tak diundang.
bila sebelum tidur
engkau menghidangkan bebunga selawat beterbangan
maka Tuhan akan memberi hadiah
kedua berupa pelukan.
kau tak perlu memintanya
cukup yakini saya
toh Tuhan tidak akan ke mana-mana
kecuali imanmu telanjang tepat di samping ranjangnya.
Sumenep, 12 Ramadan 1445 H.
***
Bayang-Bayang
; Untuk Rahman
di dalam layar handphone,
aku dapat mengintip senyummu
yang mampu mencambuk tubuhku
aku bisa mengira-ngira, duniaku adalah neraka
bahkan tak ada pelita atau sepasang kekasih mabuk sambil berdansa.
aku seperti setan yang kerasukan, terlilit derilium hingga gelagapan.
mula-mula, kejadiannya di dalam layar handphone juga,
kau membelahnya, merobeknya menjadi berkeping-keping
kemudian keluar dari layar handphone yang kumiliki satu-satunya.
aku terkejut melihatnya
tapi kau berkata: aku adalah bayang-bayang,
setiap waktu aku tak lupa sembahyang,
mendoakanmu agar lurus jalan pulang.
Madura, 06 Ramadan 1445 H.
*) Image by istockphoto.com
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia dan membagikan berita-berita yang menarik lainnya. >>> KLIK DI SINI <<<