KURUNGBUKA.com – (27/01/2024) Peristiwa bepergian memberi dan mendapat kesan-kesan. Orang terkesima dengan tempat-tempat yang dilalui atau dikunjungi. Yang biasa dilakukan: memotret. Tempat-tempat yang bernama, yang memberi keistimewaan-keistimewaan. Orang tidak ingin itu berlalu saja atau terlupakan.
Tempat-tempat yang terbedakan saat orang memberi pengertian menggunakan beragam cara. Yang menuliskan tempat memiliki kemauan besar mengalihkan pengalaman atau kesan dengan kata-kata. Ia mendokumentasi sekaligus menghidupkan lagi. Tulisan yang punya alamat dan tanda-tanda yang membutuhkan pengamatan dan ingatan cermat.
Pada suatu masa, tulisan-tulisan itu bercap perjalanan. Namun, pembaca kadang rancu saat menekuni tulisan. Yang terpenting adalah tulisan mementingkan tempat. William Zinsser menyarankan agar yang menulis menghindari “melulu setumpukan rincian perjalanan”.
Peringatan penting: “Pilih kata-kata dengan hati-hati dan saksama”. Ia mengajak penulis mempertimbangkan kegunaan atau kesialan bila “menggunakan kata-kata mirip-sirup dan kata-kata basi”. Klise mudah sekali masuk dalam tulisan-tulisan mengenai tempat. Penghindaran yang sulit.
Kalimat bisa menjadi pedoman membangkitkan gairah menulis: “Jangan pernah takut menulis tentang suatu tempat yang dipikir telah punya kata akhir tentangnya.” Tempat-tempat yang terkenal sering ditulis dan dipublikasikan. Orang bingung mencari hal-hal yang belum ditulis.
Di setiap tempat, keganjilan atau keanehan tetap ada bagi yang sungguh-sungguh menulis tanpa klise dan repetisi. Tempat itu tidak akan pernah selesai ditulis dalam pergantian masa atau siasat mata-keaksaraan yang menatapnya. Yang menulis tempat menginginkan kesan dan ingatan yang bersambung. Tulisan yang tidak selesai.
(William Zinsser, 2015. On Writing Well, Kiblat)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<