Perkembangan teknologi digital, telah memudahkan masyarakat mengakses informasi dengan cepat dan mudah. Sekarang, seseorang bisa langsung tahu segala sesuatu lewat media sosial. Bahkan, media sosial bisa dibilang tempat terbaik seseorang mengekspresikan kemampuan kreatifnya dirinya. Dan hari ini, bukan hal aneh kalau sesorang tiba-tiba jadi artis dadakan karena potret dirinya viral di media sosial seperti halnya Novianusselva atau Ovie yang lebih dikenal dengan panggilan Rambo Banten.  

Anak pertama dari pasangan Alm. Budi Leonard dan Aniah ini, kini sukses sebagai konten kreator dan pelestari bahasa daerah Banten. Video-video dubbing-nya yang menggunakan bahasa lokal: Jawa Banten bernuansa komedi telah mengantarkan namanya ke tengah masyarakat luas. Siapa sangka, video-video singkat berdurasi maksimal satu menit yang rajin ia unggah ke instagram membawanya pada popularitas yang relatif cepat. Walaupun, sampai hari ini ia mengaku masih belum bisa percaya bahwa Rambo Banten telah menjadi ikon media sosial paling digandrungi masyarakat Banten.

_ _ _

  • Halo, Kang Rambo. Wis ngopi durung, keh? (Udah ngopi belum, nih?)

Uwes geh lur, sekalian nyusu mau hehehe… (udah dong, bro, sekaligus minum susu tadi hehehe)

  • Awal mulanya akun instagram @rambobanten bisa seterkenal sekarang itu gimana, sih? Saya curiga jangan-jangan Rambo Banten ini rame karena beli follower, ya? haha….

Awalnya sih coba-coba, ehhh… keterusan deh. Haha, enggak, becanda, kok. Ceritanya dulu, di pertengahan tahun 2017 saya iseng nyoba dubbing potongan-potongan video dan diunggah ke instagram sambil dibagiin ke temen-temen juga. Kirim satu video terus dua video masih biasa aja, ya, namanya juga buat hiburan temen-temen. Enggak tahu kenapa pas video ketiga kok rame. Itu yang namanya follower sama komen udah kayak hujan. Nggak berenti-berenti. Sampe panik, sumpah, be! Ngeri juga, kan, apesnya takut hape ngehang terus meledak.

[Rambo punya tawa yang khas setiap kali ia menutup ucapannya]

  • Emang video apa yang waktu itu bikin Rambo Banten melejit dan bikin panik ketika notif hape nggak berenti-berenti kayak hujan?

Saya ‘kan bikin beberapa dubbing, yang pertama tuh video orang mati hidup lagi. Yang kedua dubbing video adegan ngecat di toilet. Nah, yang ketiga tuh potongan video film Rambo. Enggak tahu kenapa video ini nggak lama setalah diunggah ke instagram langsung viral dan tadi, notif nggak berenti-berenti kayak hujan, kan, kitane sawan, lur [kan saya sok, bro]. Ya, mungkin juga figure Rambo itu ‘kan udah banyak dikenal orang sebagai pembela kebenaran, memihak orang miskin dan membantu yang lemah. Orang tahunya ‘kan begitu, mungkin mereka kaget ada video Rambo di-dubbing bahasa Jawa Banten dan dibuat parodi. Ya, jadi deh, boom!

Novianusselva lebih akrab disapa Ovie, dubber, orang yang berada di balik video dubbing @rambobanten
  • Sebenarnya Rambo Banten itu apa, sih? Terus tujuan membuat konten video dubbing menggunakan bahasa daerah itu apakah ada misi melestarikan bahasa lokal atau gimana?

Rambo Banten itu kalau saya boleh jabarin adalah pelestari bahasa dengan cara komedi menggunakan bahasa lokal, dalam wilayah ini Bahasa Jawa Banten. Kalau dibilang ada misi khusus sebenernya enggak, hanya saja saya gelisah karena hari ini penggunaan bahasa daerah sebagai media komunikasi mulai berkurang. Bahkan bisa dibilang gengsi ngomongnya. Padahal bahasa daerah menurut saya adalah ciri atau identitas kedaerahaan seseorang yang harus dijaga agar tidak lupa dengan akar budaya. Itu kenapa saya membuat konten dubbing video pake bahasa lokal, biar masyarakat bangga dengan identitas pribadinya bukan malah malu.

  • Dengan membuat konten menggunakan bahasa lokal, bagaimana respons masyarakat sedangkan di Banten tidak semua penutur bahasa Jawa Banten, ada sunda dan yang lainnya? Dan goal point atau pengaruh dari kerja kreatif Rambo Banten yang sudah terlihat sekarang seperti apa?

Hampir mayoritas responnya positif, walaupun seperti yang dibilang tadi, enggak semua masyarakat paham bahasa Jawa Banten. Itu betul karena Banten punya beberapa bahasa daerah di wilayah yang berbeda. Tapi saya mencoba untuk merawat dan melestarikan salah satunya dan mengenalkannya ke generasi hari ini. Malah ada yang merasa seperti balik lagi ke masa kecil saat nonton konten-konten Rambo, karena saya juga berusaha menyisipkan hal-hal yang dekat dengan masyarakat seperti sejarah, permainan, tempat, kuliner dan budaya lokal. Dan secara nggak sadar mereka merasa bernostalgia.

Kalau goal point sih, belum terlalu besar memang, dan berat juga rasanya kalau ngomongin itu. Tapi setidaknya setelah kehadiran Rambo Banten sekarang mulai banyak yang mau menggunakan bahasa lokal dalam berkomuniksai di media sosial. Apalagi kalau semisal orang-orang yang kenal saya, secara spontan mereka ngajak ngobrol pake bahasa Jawa.

  • Keinginan Rambo Banten hari ini secara pribadi dan untuk masyarakat di era digitalisasi tuh apa, sih?

Keinginan saya yang paling deket sih, ada kebijakan dari pemerintah daerah atau perda untuk menggunakan Bahasa Lokal di hari tertentu. Agar pemeliharaan dan pelestarian bahasa lokal lebih kongkret progress-nya bukan sekadar wacana. Karena, ya, bahasa ya identitas. Kalau secara umum, di era kemajuan teknologi ini tantangannya cukup berat, sebab apa pun hari ini bisa diakses secara cepat dan mudah. Pergulatan budaya semakin nyata hari ini. mau nggak mau kita secara pribadi mesti punya filter dan kemauan menonjolkan identitas bukan gengsi. Dan saya pikir peran orang tua itu penting untuk menstimulus anak-anaknya sadar dan mencintai bahasa asalnya.

  • Wih, mantap. Mang Rambo ternyata bisa serius juga, ya….

Kite mah premen bayarane bae, lur. Ngoahahaha…. (saya sih tergantung bayaran aja, bro)

  • Okelah Mang Rambo, nuhun keh wes mampir ning kantor Kurungbuka.com. Eh, bener, ya, bahasa jawanya jadi nular. (makasih, nih, udah mau mampir)

Kuh, kan, bener. Ore suwe maning panu kite sing nular, keh ngoahahah… Sama-sama, ya, lur, hatur nuhun wes ngundang kite. (mbuhlah, kadal ijo doang, kedawan nerjemahine)

  • Ya, Mang Rambo. Semoga kedepannya semakin kreatif dan tujuan mulianya tercapai.

Aamiin. Siap, lur. Pokokne, mah, aje kendooorrr!/(Baehaqi).