nyonyonson
surup hari membuka jumat yang sepi
arwah leluhur mengetuk-ngetuk hati
dengan getaran-getaran paling sunyi
pintu-pintu doa tersibak kembali
tugasku selanjutnya membakar dupa
membakar diri yang kerap kali lupa
tentang siapa aku yang sesungguhnya
tentang nama-nama nasab keluarga
lalu kutaburkan semerbak wanginya
ke setiap pintu termasuk jendela
sebagai jalan untuk mengantar jiwa
bisa menyalami mereka di sana
asap yang putih mengawan sederhana
harum diri tercium sampai tetangga
leluhurku pastilah tersenyum bunga
terbukti getar kian dahsyat di dada
bukan jumat bila rumahku tak wangi
wangi yang keluar dari dari puisi
bukan anak bila tak bisa mengaji
mengaji untuk membuang duri-duri
hingga lapanglah jalan sunyi mereka
bulan bersinar di kuburan mereka
kasur lembut terhampar bagi mereka
buah-buah merunduk untuk mereka
jadilah tak berarti sepiring nasi
sebab butir-butirnya cepat membasi
sementara doa dan dupaku ini
bagaimana mungkin habis dari wangi
bandungan, 11/19
*
molang arè
kumandikan dirimu air yang suci
doaku dan tujuh kembang menari
kubakar keminyan cinta dalam hati
dosa masa lalu tertutung sunyi
lalu di atasnya kupanggang dirimu
wangi surga menyeruak di sajakku
dalam bundar nampan terlelap tangisku
beralas beras berteman quran, buku,
jangan menangis atau bahkan menjerit
jika mendengar tembang tua merapat
ini bukanlah ombak yang menyayat
tetapi merdu puisi yang melompat
kau akan diarak keliling mereka
doa-doaku berputar dalam jiwa
nadanya begitu merdu dan menggoda
menyusup ke tubuh mungilmu bersama
setelah itu aku buka matamu
kelopak yang lembut menjaring rindu
matahari pun sudah membuka pintu
dirimu tidak beku dalam cemasku
puisi, doa, serta cinta berlayar
menepi dalam dirimu jadi mawar
dan dalam diriku kutahan menjalar
lidah api baru yang berkobar-kobar
bandungan, 11/19
*
saronèn laut
saronen bernyanyi dan pecah lautmu
hatiku yang letih mengusapi batu
ombak-ombak berlarian ke jantungku
jangan halang-halangi laju rinduku
biarkan waktu merasuki cintaku
dan asin doaku sampai ke hatimu
luka yang bergerak di dalam darahku
hanyalah untuk menguatkan jiwaku
kugelar layar hingga lucutlah resah
yang di pinggir laut ini mendekatlah
perahu-perahu sunyi bersiap penuh
kugenggam jimat untuk adu berlabuh
tiuplah saronèn sampai perih lelah
buncahlah ombak sambil membawa pasrah
kusibak takut hingga sampai ke tengah
sampai di tepi lagi habis gelisah
lalu tumbuh bunga di dalam hati
sekarang mekar rindu dalam sunyi
selebihnya adalah doa yang suci
doa untuk menghidupkan pulau ini
bandungan, 2017