Buat yang senang berwisata secara damai dan bersahaja, wisata petik buah apel ini jelas sangat saya rekomendasikan. Saya sendiri cukup menyesal karena baru sekarang menyempatkan diri berwisata di kebun apel yang sebenarnya sudah menjadi daya tarik utama wisata di Malang. Itu semua karena sebelumnya terpikir bahwa akan ribet dan susah menuju lokasinya. Beruntunglah saya berhasil mengalahkan keraguan saya sendiri dan nekat untuk selancar sana-sini mencari informasi.

Ternyata lokasi wisata petik buah apel ini tidak terlalu terpencil juga, dan sebenarnya bisa dijangkau dengan cara backpacker-an alias mengandalkan angkutan umum. Tapi, karena di rumah kakak saya di Malang ada kendaraan nganggur, ya akhirnya kami pakai kendaraan pribadi ke lokasi kebun apel.

Buat yang mau backpacker-an, ini saya kasih rutenya. Dari stasiun kereta api Malang Kota Baru, bisa naik angkot jurusan Landung Sari. Kode angkotnya LG warna biru tua. Perjalanan kurang lebih 45 menit, dengan ongkos empat ribu rupiah. Dari terminal Landung Sari lanjut lagi naik angkot ke Terminal Batu. Saya lupa kodenya, tapi angkotnya warna ungu muda agak pink. Pasti gampang mencarinya. Ongkos dan waktu tempuhnya kurang lebih sama dengan dari Stasiun Malang ke Terminal Landung Sari. Nah, setelah sampai di Terminal Batu yang kebetulan berdekatan dengan pasar, kita bisa isi perut dulu dan kalau bisa beli lagi nasi dibungkus buat dimakan di kebun apel nanti. Karena suhu udara di Batu cukup dingin meskipun siang hari matahari bersinar cerah.

Ada banyak sebenarnya lokasi wisata petik buah apel di Batu, tapi saya hanya akan membahas perjalanan saya yang karena alasan yang saya sendiri tidak tahu, saya memilih Kelompok Tani Makmur Abadi. Mungkin karena KTMA ini paling gampang dicari informasinya di internet.

Nah setelah kenyang mengisi perut di Pasar Batu, kita bisa melanjutkan perjalanan ke lokasi wisata menggunakan angkot warna oranye. Bilang saja mau petik apel di KTMA, nanti akan diturunkan di depan konter KTMA yang letaknya di tepi jalan raya.

Selanjutnya akan saya ceritakan pengalaman saya yang menggunakan kendaraan pribadi. Tinggal ketik di Google Maps: Kelompok Tani Makmur Abadi. Alamatnya di Jalan Tulung Rejo. Lalu kita akan diarahkan ke lokasi tujuan dengan sangat mudah, karena dari arah Kota Malang tinggal lurus terus dan hanya belok ke kanan sekali di perempatan dekat Alun-alun Kota Batu. Jalannya agak menanjak dan menurun sedikit, kemudian di dekat belokan ada kios yang bertuliskan KTMA berwarna hijau dan kuning.

Kami kemudian registrasi, dan dipungut biaya Rp. 25.000,- per orang. Selanjutnya kami diminta mengikuti guide yang menggunakan motor, guide itu yang akan mengantar kita ke kebun apel yang buahnya siap panen. Setelah sampai di lokasi perkebunan buah apel, saya berniat mengasih uang tips untuk bapak-bapak yang mengantar saya tadi. Tapi, ditolak dengan ramah dan sopan dengan beliau. Alasannya, paket yang saya bayar sudah termasuk dengan fasilitas tersebut. Oiya, buat yang datang dengan backpacker-an, bapak tadi bisa kita minta antar dan jemput sesuai perjanjian. Dengan ongkos tambahan sekitar sepuluh ribu rupiah.

Setelah registrasi di kios KTMA, perjalanan mulai terasa aroma petualangannya. Hehe. Di kanan dan kiri jalan menuju kebun apel, banyak berjajar kebun buah seperti jeruk, stroberi, buah naga, dan jambu biji. Jalannya pun mulai terasa tanjakan dan turunan yang lumayan ekstrim, tapi tidak sampai mengerikan.

Setelah menyerahkan karcis di pintu masuk kebun, kita akan dipersilakan untuk mengambil “minuman selamat datang” masing-masing satu gelas setiap orang. Minuman sari apel yang rasanya asam manis. Di dalam kebun, saya pun merasa seperti berada di surga. Pohon apel berderet-deret dengan buahnya yang lebat. Ada tiga jenis buah apel di lokasi saya waktu itu, yaitu jenis, Manalagi, Rome Beauty, dan Granny Smith. Semuanya dalam kondisi siap panen dan berlimpah. Pokoknya sampai bingung mau cicip yang mana dulu. Saya pun jadi lega, sebab awalnya saya sempat berdebat dengan kakak saya. Saya berkeras kami harus berangkat pagi-pagi sekali, karena kalau kesiangan takut nanti buahnya sudah keburu habis sama pengunjung lain. Hehe.

KTMA ini beroperasi dari jam tujuh pagi sampai jam enam sore. Sangat cocok untuk acara piknik keluarga. Nah, karena alasan takut kehabisan buah tadi, saya dan keluarga sudah bersiap dari pagi. Tapi, karena satu dan lain hal, akhirnya kami baru bisa berangkat selepas salat zuhur. Dan, ternyata kekhawatiran saya tidak terbukti, karena kebun yang siap panen lumayan luas dan meskipun saya berangkat siang, kami sekeluarga masih tetap kerepotan memilih apel yang berlimpah dan bergelayutan menggoda. Oiya, saya sarankan mencuci apel terlebih dahulu sebelum memakannya, karena ada beberapa buah yang seperti ada bekas semprotan pestisida. Ya, meskipun penjaganya bilang itu alami dan aman, buat jaga-jaga saja kan.

Kebun yang lokasinya di dataran tinggi ini udaranya luar biasa sejuk dan cenderung dingin. Saya baru mencicip dua buah apel dan perut saya sudah terasa keroncongan meminta nasi. Untunglah kakak saya sudah siap dari awal untuk membawa nasi beserta lauk, hanya saja kami lupa membawa tikar. Jadi, kami makan dengan menggunakan sandal sebagai alas duduk. Sensasinya luar biasa sekali, duduk bersila di bawah pohon apel yang berbuah lebat, udara sejuk, pepohonan di mana-mana. Rasanya saya akan sanggup menghabiskan satu bakul nasi. Hehe.

Untuk cicipan pertama, saya langsung memetik buah apel jenis Manalagi. Warnanya hijau cerah dan rasa manis sedikit asam, dengan tekstur buah yang agak keras. Selanjutnya, jenis Rome Beauty. Warnanya hijau dengan sebagian semburat kemerahan. Teksturnya lebih lembut, tapi rasa asamnya lebih kuat. Yang terakhir adalah jenis Granny Smith yang akhirnya menjadi favorit saya. Warnanya kuning muda dengan semburat kemerahan. Teksturnya paling lembut dibanding dua yang lain, dan rasa manis asamnya pas menurut cita rasa saya. Karena satu dan lain hal, akhirnya saya pun kalap, dan memetik sebanyak mungkin apel jenis Granny Smith yang ternyata tidak mampu saya habiskan. Menurut penjaga di depan, apel yang dipetik dan tidak habis dimakan harus dibawa pulang dengan harga Rp.25.000,- per kilonya. Karena kalau dibuang sayang juga, akhirnya saya membawa buah-buah apel yang saya petik tersebut, naik ke pohon apel yang kokoh batangnya dan memakannya di atas pohon seperti hewan primata.

Di kebun apel, kita benar-benar dibebaskan dan boleh memakan apel sepuasnya. Tidak melewatkan kesempatan ini, saya pun berkeliling kebun. Dari ujung ke ujung, karena jam juga baru menunjuk angka tiga sore dan kebun baru tutup pada pukul enam sore. Sementara saya berkeliling dan memotret apa saja yang menarik, kakak saya dan suaminya lebih memilih tidur-tiduran di balai-balai yang telah disediakan. Mereka menggeser balai-balai tersebut dan mengatur posisinya supaya tidak terkena sinar matahari. Bahkan sehabis berkeliling, saya menemukan suami kakak saya ketiduran beneran. Sebelum pulang, saya sempatkan ke kamar mandi untuk mencicipi seperti apa air tanah di sini. Dan benar saja, airnya luar biasa dingin. Tak beda jauh dengan air es. Dalam perjalanan pulang, kami semua diliputi wajah yang semringah. Sangat memuaskan memang wisata petik buah apel ini. Dengan harga yang cukup terjangkau, kita bisa merasakan sensasi memakan buah apel dengan memetik langsung dari pohonnya. Sepuasnya. Semampunya. Dan sebagai tambahan, setelah dipetik dari pohonnya, khusus apel jenis Manalagi ini bisa tahan selama sebulan dan tidak busuk. Jadi, aman kalau mau buat oleh-oleh keluarga dan teman. Selamat mencoba.