KURUNGBUKA.com – Bocah bertumbuh dengan ingatan-ingatan, yang tersusun dari pengalaman. Maka, ingatan biasa dijadikan pemicu dalam membuat perbandingan setelah mengetahui hal-hal berbeda. Bocah yang bernama Minli, yang berada dalam novel Where the Mountain Meets the Moon (2010) gubahan Grace Lin, memiliki ingatan yang akhirnya menimbulkan kaget atau kekaguman.

Di desa yang gersang dan miskin, ia sangat jarang melihat tanaman-tanaman yang segar. Ia digagalkan melihat dan menikmati kemakmuran. Yang membuatnya tidak punya gembira adalah masa lalu yang memperlihatkan hasil panen yang sediki dari kerja kepayahan. Pada pengembaraannya, pemandangan berbeda membuatnya terpana: “Jalan dan halaman terbuka dipenuhi oleh kios berpayung, yang memamerkan dagangan berupa kubis-kubis sewarna giok, ketimun-ketimun melengkung, terung-terung ungu, dan jeruk-jeruk wangi.”

Yang membuatnya iri dari masa lalunya: kesuburan tanah. Di tempat yang berbeda, para petani bersukacita dalam menanam dan memanen beragam tanaman sayur dan buah. Kenyataan yang tidak ada di desa asal Minli. Di tanah yang berbeda, nasib pun berbeda. Jadi, Minli mengerti masa lalunya dan kehendak mengubah nasib yang dilakukan dengan pengembaraan.

Segala sayur dan buah yang memiliki macam-macam warna menyadarkan kesuburan dan kemakmuran. Aroma dan rasa menjelaskan takdir tanah dan kesungguhan para petani yang bekerja. Minli hanya memiliki ingatan-ingatan sebaliknya tapi kerja keras tetap dilakukan orang-orang di desanya. Pada sayur dan buah, Minli tergoda untuk menikmati.

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya penulis terbaik dari Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<