KURUNGBUKA.com – (15/07/2024) Penulis yang terlalu banyak berpikir mungkin ingin meraih sempurna. Yang dilakukan adalah melakukan penilaian (berlebihan) terhadap tulisan yang dibuatnya. Akiba-akibat yang muncul bisa mengarah sempurna atau sebaliknya.

Maka, tulisan-tulisan yang diterbitkan atau dipublikasikan dinyatakan sebagai “pertaruhan” dari kemampuan memberi pertimbangan agar tulisan tidak sekadar tulisan. Pada babak setelah menulis, situasi dan pemikiran turut menentukan dalam membuat ralat, perubahan, atau penyempurnaan. Namun, penulis bisa juga menghapus dan menghilangkan setelah sadar lemah dan aib.

Nadine Gordimer mengungkapkan: “Penulis sendiri tidak menganalisis yang meraka lakukan. Menganalisis berarti melihat ke bawah ketika menyeberang jurang di atas tali rentang. Mengatakan ini bukan untuk membingungkan proses menulis, melainkan membuat citra dari konsentrasi batin kuat yang harus dimiliki penulis untuk melintasi lubang sempit ketidakpastian dan menjadikannya kata milik sendiri, seperti seorang penjelajah menancapkan bendera.”

Kita mengetahui kesulitan dan risiko yang dialami penulis. Namun, yang berani dan sadar diri akan sampai ke alamat capaiannya.

Penulis yang ingin terus “berjalan” dan “sampai”. Ia tidak ingin jatuh atau terluka, yang mengakibatkan tulisan-tulisan itu buruk. Yang dilakukan memang hati-hati tanpa mengurangi berani. Perhitungan risiko (buruk) terjadi tapi mendingan mementingkan siasat bergerak yang membuktikan ketangguhan dan kuat.

Maka, kita agak mengerti dengan apa yang disampaikan Nadine Gordimer: “Saya menulis sebagaimana seorang anak bahagia karena memahami hidup melalui indra…” Maksud dan akibat dimengerti tanpa harus dirundung takut. Yang terpenting: mewujudkan tulisan dan bahagia.

(Nadine Gordimer, 2004, Writing and Being, Jalasutra)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<