KURUNGBUKA.com – Kenapa kebanyakan konten yang bergenre horor selalu trending? Mulai dari konten Youtube hingga TikTok, penikmat horor selalu ramai. Sampai deretan 10 film Indonesia terlaris sepanjang masa jatuh pada KKN di Desa Penari yang bergenre horor nangkring di nomor wahid. Bahkan, 5 dari 10 film terlaris itu pun dikangkangi oleh film yang bikin jantungan itu.
Nah, kali ini tim Kurungbuka.com berkesempatan mewawancarai salah satu penulis dan konten kreator asal Provinsi Banten yang sedang naik daun (lagi-lagi) berkat genre horor. Siapakah dia? Yuk, kita simak obrolannya!
***
- Halo, Kang. Kalau saya lihat di beberapa flyer acara literasi, nama yang muncul Rori, tapi akun Youtube-nya beda lagi, ya? Nah, kami butuh kepastian dari orangnya, nih, nu bener teh nu mana?
Ya, betul, kalau di flyer nama saya hanya Rori. Tapi jika nama lengkap Ahmad Masrori, S.Pd. Dan gelar Sarjana Pendidikan itu saya dapat di Jurusan Bahasa Inggris Universitas Mathlaul Anwar Menes, Pandeglang. Kalau di media sosial saya sering dikenal sebagai Sarang Demit.
- Sekarang tinggal di mana, Kang?
Untuk saat ini saya tinggal di Desa Kadudamas Kecamatan Cirinten Kabupaten Lebak, Banten.
- Wuih, jadi background-nya seorang pendidik, ya. Penulis lokal yang sudah nasional prestasinya. Keren! Apa alasan Kang Rori membuat konten horor di Youtube, padahal akang mengawali karir dari kepenulisan sastra?
Sebenernya, kejadian saya ngonten di Youtube itu bisa dibilang kebetulan, ya. Saya menyukai segala genre penulisan, dari mulai romance, thriller, bahkan teenlit. Dulu, waktu saya kuliah sangat menyukai dunia menulis. Saya belajar di beberapa komunitas. Seperti di komunitas Padepokan Orok Lajang yang digawangi oleh Kang Fatih Zam di Menes. Saya pun pernah mengikuti workshop dan Camp kampung budaya (jika tidak salah) di Rumah Dunia yang dilatih langsung oleh founder-nya, yaitu Mas Gol A Gong. Saya juga mengikuti teknik menulisnya bang Raditya Dika. Jadi, saya sangat menggemari semua penulis. Mulai dari penulisan sastra yang serius sampai penulisan teenlit yang santai. Bahkan penulis-penulis komedi juga saya suka.
Untuk awal kenapa saya nulis horor, sebenernya saya suka juga baca novel horor, seperti novelnya Edgar Allan Poe. Atau novel yang ada unsur-unsur magis seperti novelnya Gabriel Garcia Marquez berjudul One Hundred Years of Solitude, itu ‘kan di dalamnya ada hal-hal surealis magisnya saya suka, tuh. Tapi saya belum pernah yang namanya nulis horor saat awal belajar menulis.
- Lalu kira-kira dimulai ketika kapan, Kang?
Pada suatu hari ada sayembara yang dilakukan oleh media Kumparan. Untuk menulis series horor di kanalnya. Dan waktu itu fee-nya sangat besar. Untuk penulis lepas harga itu cukup fantastis. Oleh karena itu sayembaranya besar-besaran. Ada sekitar 900 naskah yang masuk. Dan kebetulan naskah saya pemenangnya. Nah, mulai saat itu saya memiliki kewajiban untuk menulis horor.
Dari awal menulis dari hobi menjadi profesi, yang artinya memang keadaan memaksa saya untuk menulis. Karena untuk mengisi kanalnya Kumparan.com itu. Dari situlah saya mulai menulis horor harian 2000 kata/series, sampai sekitar satu tahun tiga bulan saya di Kumparan.
- Jadi, menulis saat itu jadi pekerjaan utama, Kang? Sebelumnya kerja di mana?
Ya, setelah itu saya mulai berpikir bahwa menulis itu bisa menjadi sumber pemasukan utama. Karena ternyata bisa menghasilkan bukan hanya dari novel saja yang bisa mengandalkan royalti. Akhirnya saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan inti saya di Jakarta. Waktu itu kerja di Perusahaan film OTT. Kalo sekarang itu Iflix atau We TV. Dulu saat saya masih sibuk nulis, statusnya masih sebagai karyawan. Setelah resign saya memutuskan untuk menjadi fulltime writer sambil mendokumentasikan karya-karya saya di kanal pribadi. Yang saya rasa Youtube bisa menjadi solusinya.
Awalnya hanya mencoba aja, nggak ada ambisi untuk menjadi besar. jika tidak berhasil, ya sudah. Toh karena waktu itu saya masih punya pegangan untuk nulis di Kumparan. Tapi ternyata karya saya disambut baik oleh para viewers di Youtube. Dalam sehari video yang saya upload bisa tembus 1000-2000 viewers. Sampai serial Pocong Duloh ini sampai tembus jutaan penonton. Bahkan ada karya yang diadaptasi dari cerpen mampu menembus 11 juta viewers. Spontan saya pikir, wah peluang bagus, nih. Akhirnya saya berhenti dari Kumparan. Karena saya juga sudah jenuh untuk menulis begitu banyak ditambah beban kerja yang makin tinggi.
- Setelah keluar dari Kumparan fokus jadi konten kreator, Kang?
Karir kepenulisan saya itu terdorong dari Youtube channel Sarang Demit. Dari sanalah karya saya dilirik oleh penerbit mayor. Seperti salah satu penerbit besar di Indonesia. Gagas Media salah satunya. Mereka tertarik dengan dua karya saya dan menawarkan untuk membukukannya. Salah satunya sudah dikontrak oleh salah satu perusahaan film terbesar di Indonesia. Mungkin di sini tidak bisa saya sebutkan nama brand Perusahaannya, karena masih off the record tapi saya udah mendapatkan kontrak dan semunya sudah beres dan sudah dibayar untuk termin awalnya. Novel Teror Pocong Duloh itu sedang digarap menuju ke layar lebar. Insya allah akan tayang di tahun 2025 atau 2026. Doakan lancar, ya.

- Semoga dimudahkan, Kang. Nggak sabar juga pengen nonton. Nah, bicara tentang konten Youtube, apakah konten Pocong Duloh ini menjadi booming karena faktor kang Rori pernah bekerja di perusahaan film?
Menurut saya nggak begitu juga, ya. Faktor menjadi booming karena stereotype untuk pocong itu asal usulnya yang dikubur tali kain kafannya tidak dibuka. Tapi, saya memunculkan urban legend baru/kebaharuan. Bahwa di kampung saya itu yang namanya pocong berasal dari orang yang punya ilmu pancasona. Setelah ditelusuri ternyata seseorang yang memiliki ilmu ini akan susah untuk mati. Dari sanalah saya membuat istilah againt the taid atau menyalahi stereotype. Ketika orang-orang tahunya pocong itu berasal dari tali kain kafan yang tidak dibuka, ternyata ada kisah lain selain itu.
Nah, itulah mungkin yang membuat orang tertarik menonton kisah Pocong Duloh. Jadi ketidaknormalan cerita yang seharusnya orang-orang taunya seperti itu ternyata ada kisah lain. Tentu jika disajikan, kisah seperti itu akan menarik. Oh, ini ternyata ada kisah baru, nih. Menurut pandangan saya, sih, itu yang membuat orang lain tertarik. Selain itu saya juga menambahkan unsur-unsur lain. Karena background saya itu bukan di horor, tapi di kepenulisan seperti romance, maka saya gambarkan kepedihannya dalam perjalanan Duloh. Sebenernya horor itu hanya beberapa persen saja. Tapi keseruan kisahnya itu, bagaimana kita meramu sebuah cerita dengan konflik-konflik menarik sehingga membuat penonton berdatangan gitu.
- Jadi, Kang Rori keluar dari paham orang kebanyakan, ya. Oke, ngomongin ilmu pancasona yang tadi Kang Rori sebut. Apakah urban legend ini bisa dipertanggungjawabkan?
Untuk ilmu pancasona ini benar merupakan urban legend, ya. Sedangkan urban legend ini kita sama-sama tau bahwa sudah menjadi cerita umum di masyarakat seperti Malin Kundang atau lain sebagainya. Kalau untuk ilmu pancasona itu kita temui adanya di tanah Jawa. Bahkan yang paling terkenal itu ada yang kuburannya terpisah. Tapi saya lupa nama pemilik yang dikubur di sana. Jadi, dia kuburannya dipisah karena memiliki ajian pancasona. Dan dulunya sulit untuk mati.

- Siapa yang kang Rori wawancarai dan di mana melakukan riset tentang ilmu pancasona ini?
Untuk kisah pocong Duloh saya mewawancarai nenek buyut saya. Karena saya pernah denger kisah itu sewaktu saya kecil. Saya terpikir untuk mewawancarai nenek saya untuk meceritakan kisah Duloh ini. Premisnya memang sama dengan kisah yang saya tuangkan di Youtube namun ada penambahan dramatisasi di novelnya. Karena sekali lagi ini adalah industri hiburan atau industri kreatif yang harus bisa menarik minat penonton. Namun benang merahnya tetap sama dengan cerita yang saya wawancarai itu. Kalo kita tarik premisnya itu adalah seorang Duloh yang dia ingin sekali mengakhiri hidupnya. Dia udah terlalu lama hidup menderita tapi di sisi lain dia tidak bisa karena dia punya ajian pancasona itu.
- Untuk menyajikan suguhan yang menarik di kanal Youtube, tentu harus diimbangi dengan bacaan juga, ya. Apakah ada target bacaan yang kang Rori lakukan? Misal, dalam satu minggu harus menyelesaikan satu buku bacaan. Atau mungkin ada hal unik lain yang Kang Rori lakukan?
Tentu kita harus suka baca, ya. Tapi, saya bukan pembaca yang rakus. Tidak bisa menghabiskan buku dalam satu minggu atau satu bulan. Tapi saya sekali baca itu loncat-loncat. Saya baca lima buku sekaligus. Cuma nggak dalam sebulan selesai juga. Dan bacaan buku itu bukan untuk merujuk pada channel saya. Itu untuk kepuasan diri aja. Untuk menunjang konten itu sebenarnya saya punya kunci sendiri. Artinya saya sudah nge-breakdown bagaimana konten itu menarik.
Sejauh ini masih bisa diandalkanlah. Indikator dari konten yang menarik itu ada dua. Pertama, konten itu harus unik. Kedua, dia harus populer. Nah itu secara teori. Contohnya di Pocong Duloh. Kita breakdown dulu. Yang popular nya itu pocong. Semua orang di Indonesia ini tau tentang pocong. Hal uniknya apa? Kemunculan Pocong Duloh di nusantara atau kita bisa tarik kalimatnya. Kisah kemunculan pocong yang sebenarnya di nusantara. Atau kita juga bisa pakai kata kunci. Kisah lain di balik kemunculan pocong, ternyata menggunakan ilmu pancasona. Jadi intinya saya bukan pembaca yang rakus. Saya pembaca yang nyicil. Apalagi sekarang makin bertambah umur dan pekerjaannya juga makin banyak. Tapi hal uniknya dalam diri saya yaitu membaca 5 buku sekaligus tapi selesainya lama hehehe…

- Saya juga sempet search di Youtube. Serial Pocong Duloh yang diupload 3 tahun lalu udah dapet 6,2 juta views dari video yang berjudul Kisah Sebenarnya di Balik Kemunculan Pocong. Subscribernya juga hampir 1 juta, ya. Hebat, Kang! Pernahkah mengalami kejadian aneh yang menakutkan selama proses penggarapan cerita konten Pocong Duloh ini atau cerita horor lainnya?
Kalau untuk hal-hal aneh sendiri itu tidak ada, ya. Karena jujur, meski saya ini penulis horor dan percaya pada hal gaib, tetapi saya tidak mempercayai kalau mereka bisa mengganggu kita. Nah, saya ini cukup realistis orangnya. Tentang misalkan ada yang kesurupan atau ada orang yang sakit karena teluh. Kalau teluh zaman sekarang itu susah dibuktikannya atau bahkan tidak ada. Seperti kata Tan Malaka ya, ada logika mistika. Saya salah satu orang yang menganggap semua hal itu realistis dan hal gaib itu tidak bisa menembus hal dzohir.
Di Alquran pun kita wajib mempercayai hal gaib. Tapi, di sisi lain dalam ajaran Islam, Jin itu tidak terlihat, jadi kita tidak bisa melihat Jin jika di dunia. Tapi jika di akhirat hal itu sebaliknya. Saya berpacuan pada itu, juga pada logika mistika yang disampaikan oleh Tan Malaka dalam bukunya Madilog. Kok, bisa orang yang menulis horor tidak mempercayai bahwa mistik-mistik itu bisa mempengaruhi hidup? Yah, memang realitanya seperti itu, walaupun banyak cerita yang bilang a sampai z. tapi, bisa nggak dibuktikan kalau dia punya ilmu santet atau ilmu kebal? Dan menurut saya ilmu kebal ini merupakan salah satu trik sulap juga.
- Sudut pandang yang menarik nih dari seorang penulis dan konten kreator genre horor. Haha… Nah, sekarang masuk ke pertanyaan terakhir ya, Kang. Sebelum Kang Rori bertemu dengan beberapa komunitas yang diampu oleh Fatih Zam dan Gol A Gong, siapa yang memicu kang Rori untuk produktif menulis? Atau mungkin ada kejadian yang menjadi titik balik kang Rori bisa berkarir sebagai konten kreator yang berhasil mencapai titik sukses seperti sekarang?
Alamiah aja itu, mungkin saya terlahir untuk menuliskan sesuatu dan dibaca orang banyak. Saya nggak bisa lepas dari kepenulisan. Sekalipun dulu saat kerja di beberapa perusahaan saya tetap menulis tetapi hanya menjadi draft saja di laptop. Tidak dipublikasikan, hanya untuk kesenangan sendiri saja. Jadi muncul secara alamiah dalam diri saya.
Tapi, ada satu penulis, yang menjadi pendorong Ketika saya malas. Dia penulis asal Praha, Bohemia. Sekarang Republik Ceko, bernama Franz Kafka. Saya merasa apa yang dituliskan Kafka dan perjalanan hidupnya sangat related dengan kehidupan saya. Dimana dulu Kafka harus kerja kantoran sedangkan minatnya menjadi penulis. Sampai saat ini Franz Kafka menjadi contoh semangat dalam menulis walaupun waktu saya sempit.
***
Kisah yang luar biasa menarik, ya. Tidak salah kami memilih tokoh untuk rubrik #Wajah ini. Karyanya bisa membuahkan hasil yang bisa dinikmati jutaan orang, ya. Semoga bisa menginspirasi pembaca Kurungbuka.com. Kita jadi punya cerita dan pengalaman baru mengenai genre horor dan ilmu konten kreator. Terima kasih atas waktu dan kesempatannya, Kang. Semoga kita bisa berjumpa sambil menikmati kopi dan mendengar cerita horor selanjutnya. Sukses selalu, Kang!