Mata lelaki itu hampir semerah ceri. Ia tak henti menyisir kata, menengok kalimat, melumat paragraf demi paragraf yang merimbun di layar komputer. Jemarinya masih terus menari di atas papan ketik. Memilah huruf-huruf yang tersedia di tepinya. Sesekali tangan kirinya ia kepalkan ke arah mulut yang mulai terbuka tanpa dikehendakinya. Hampir pukul tiga, dan lelaki itu masih duduk menatap monitor. Membaca lagi Orang-Orang Oetimu yang harusnya sudah terbit dua bulan lalu. Kini hari-harinya banyak ia habiskan di depan komputer untuk merevisi novel yang berhasil memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2018 itu.
Felix K Nesi atau biasa disapa Felix, tidak pernah bercita-cita menjadi penulis. Malah ia mengatakan, kalau bisa main bola kepingin jadi pemain bola. Menulis baginya adalah kesenangan. Ia tidak pernah memaksakan kalau dirinya sedang malas menulis. ”Aku menulis karena suka. Nggak ada motif lain. Ya, kalau lagi malas nulis paling tidur atau mengerjakan hal lain. Nggak usah dipaksain, karena nulis buat aku bagian dari kesenangan. Kalau lagi nggak suka ya nggak harus dilakuin,” tuturnya.
Lelaki kelahiran Nesam, 30 Agustus 1988 ini, mulai menulis sejak kelas 4 sekolah dasar. Ia paling suka menulis cerita pendek. Hal ini dikarenakan ia menyukai dongeng. Sejak kecil, ia banyak mendengar dongeng dari orang-orang sekitar. ”Orang kami itu suka bercerita. Sejak kecil aku sudah banyak menyimak cerita-cerita atau dongeng lokal masyarakat kami. Nah, yang sampai hari ini masih kuingat adalah Dongeng Neon Balbali. Tapi di luar itu, aku juga banyak baca cerita-cerita dari alkitab karena tidak banyak buku yang kami punya. Paling, di perpustakaan SD yang bukunya banyak dan sering aku curi koleksi bukunya. Kayak seri Karl May, buku-buku Hemingway dan masih banyak lagi,” ujar Felix sambil nyengir.
Felix mengaku tidak pernah membatasi diri dalam hal menulis. Apa pun yang ingin, pasti ia tuliskan. Baginya menulis adalah kebebasan berekspresi. Tidak harus terpaku pada kategorial, genre atau pakem tertentu. Malah karya pertama yang dimuat oleh media bukan cerpen melainkan puisi. ”Kalau nggak salah sekitar 2011 pertama kali karyaku dimuat di media. Itu pun bukan cerpen tapi puisi. Dimuat di Bali Post, nggak dapet honor tapi rasanya puas dan seneng banget bisa baca karyaku di koran,” ungkapnya.
Saat ini, Felix tengah sibuk merevisi novel terbarunya yang bertajuk Orang-Orang Oetimu. Felix mengatakan bahwa novel ini berisi tentang cerita sehari-hari, sejarah lokal dan guyonan. ”Aku lagi sibuk revisi novel hari-hari ini. dikejar-kejar deadline aku. Dan aku juga lagi menyiapkan kumcer terbaruku, judulnya Kode Etik Laki-Laki Simpanan. Jangan lupa baca ya kalau udah terbit,” tutup Felix sambil tertawa lepas. (Bhq/red)