KURUNGBUKA.com – (07/07/2024) Yang membuat tulisan, yang membuat tanggapan dan tantangan atas zamannya. Penulis tidak sekadar membuat tulisan tapi merumuskan sikap atau kemampuan mengesahkan tindakan-tindakannya. Namun, posisi penulis itu bisa berhadapan atau berseberangan dengan kekuasaan.
Penulis pun bisa menyodorkan tulisan yang menyamarkan keberpihakan, yang menyadari tarik-ulur ideologi dan tragedi-tragedi yang menimpa (umat) manusia. Yang diurusi tak selamanya kekuaasaan tapi takdir-takdir yang membentuk kota dan kepongahan manusia.
Susan Sontag dalam pengamatannya atas sastra, teater, sinema, dan fotografi mengetahui ada ketentuan-ketentuan yang memungkinkan terwujudnya tulisan. Ia menyatakan berdasarkan sikap yang dimiliki para penulis: “Terlingkupi oleh citarasa yang tak terpuaskan untuk menikmati komoditas baru, masyarakat berpendidikan di kota-kota besar telah menjadi terbiasa dengan penderitaan modernis dan terampil dalam mengecohnya: setiap hal negatif akhirnya dapat diubah menjadi hal positif.”
Artinya, kita dapan menandai beberapa tulisan agung atau pinggiran yang terhasilkan selama ini ikut menentukan perannya sebagai “pemicu” atau “dampak”.
Tulisan yang tidak cuma tulisan. Yang terjadi sejak awal abad XX, tulisan-tulisan yang dihasilkan senantiasa berkaitan modernitas. Ingatan kita mengarah ke tulisan-tulisan yang diagungkan atau menjadi konon. Namun, kita juga mengetahui tulisan-tulisan yang mulanya adalah pinggiran dan remeh.
Pelbagai tulisan yang berhak mendapat pembaca dan kesaksisannya. Susan Sontag mengingatkan bahwa tulisan tidak hanya cerita tapi pembuatan makna yang tidak terbatas. Kini, yang membuat ingatan abad XX makin mengerti tulisan-tulisan tetap memiliki daya saat penulis tidak berdaya dengan takdir zaman.
(Susan Sontag, 2022, Di Bawah Tanda Saturnus, Basabasi)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<