Tadabur September

Dengan agak lambat
akhirnya ia datang; September
Ia dan serpihan kelam
tercecer di rusuk sejarah.

Peristiwa itu, masa lalu itu
masihkah kau ingat dalam angka
yang bertabur airmata?

Demikian lembaran puisi
dan september yang keburu
melepas gagang tragedi
seperti perang dunia II
kiamat dirancang
dalam bentuk amat klise.

—september mencoba kabur
memutari kota.

Iaa_Yogyakarta, 2024

***

Rubayat Untuk Munir

Munir, di ujung lidah itu
ia kerap menyusun kesedihan.

Munir, sebelum Amsterdam
kami meratapi kebisuan
sedangkan istrimu menabung
getaran rindu.

Munir, sudah 20 tahun
kami bermuara pada resital
tragedi. Namun yang meracunimu
kini ditimbun kekuasaan.

Munir, entah harus bagaimana
kami pun juga bingung
sebab negara ini adalah kemarau
yang berkepala hujan.

Munir, jika kau masih ada
kau akan mandi di genangan
airmata. Setelah tahu,
dalam negeri ini kebenaran
merupakan hal tabu.

Iaa_Yogyakarta, 2024

***

Sebagai Puisi

—Wiji Thukul

Pamflet pamflet di tembok
menyeimbangi deru sejarah.

Di sini kau bangkit sebagai puisi
sebagai rambu rambu
yang meredam pemerasan.

Kata kata kau asah
suara suara kau rituskan
dalam keagungan
dalam keadilan
yang tunggal.

Pamflet pamflet di tembok
menjajal menyalakan api.

Iaa_Yogyakarta, 2024

***

Sebelum Jalan Jegong

  —Marsinah

Tubuhmu ditikam besi kelam
tulang belulang patah
berkeping memintal sorga.

Panggilah aku “Marsinah”
perempuan berusia arloji
berdetak mengambil nasib
nasib yang memburu
luka luka buruh.

Namun engkau diseret
keruang kegelapan, hingga
aku tak bisa menggambarkan
jenis macam apa penyiksaan itu
diciptakan?

Marsinah, ia melebihi tuhan
ia lakukan dengan brutal
dan aku bertanya lagi
ngasik dosa berapa malaikat
mencatat pembunuh itu?

Iaa_Yogyakarta, 2024

***

Hal Hal September dan Tragedi

/Pembantaian, 65/
Nyawa diretas dalam replika menit
melayang ketika magrib kehilangan senja.

September mengental maut & darah
bertukar tanggal padamkan warna mata.

Tubuh menggelinding tanpa kepala
upacara digelar sehabis daging dipotong.

/Tanjung Priok/
tembak lepas memecah Tanjung
angin lupa menyamarkan bunyi peluru.

Jumat tegang, tanda berkabung
saling tindih, menyibak gelagak dada.

Jiwa membekas ditumpuk nasib
Mayat dilempar keranggas pengasingan.

/Semanggi II/
Di sekitar jembatan semanggi II
perubahan terjal menapaki jalan setapak
Api meletus pada tebing trotoar
kami menatap tingkap tingkap langit.

Hening getir harum kemenyan
masalalu tersayat pisau September.

Iaa_Yogyakarta, 2024

*) Image by istockphoto.com