Suma dikenal sebagai orang baik. Ketika beberapa temannya melakukan kesalahan terhadapnya, dia tidak marah. Kenyataan itu membuat penasaran Ringgo, salah satu dari temannya, sengaja mencobai Suma. Hasilnya, Ringgo benar-benar heran karena jelas-jelas ia telah menyalahi Suma, ia pun tidak marah. Bahkan ketika setelah itu Ringgo berkali-kali sengaja mencuranginya, Suma tetap tidak marah dan tidak juga berusaha membalasnya.

Karena itu, ketika Ringgo sedang bergunjing bersama teman-temannya terkait Suma, ia sempat berseloroh kepada teman-temannya bahwa saat Suma mati nanti bisa jadi akan masuk surga. Terkait pernyataannya itu, Ringgo jadi teringat pemikiran Suma yang pernah disampaikan kepadanya. Menurut Suma pada saat orang mati dan dikubur, lalu ketika di tanah pemakamannya telah tumbuh rumput yang pertama, saat itulah orang itu akan dibangkitkan. Dari situ orang itu akan menuju gedung penghakiman. Di gedung tersebut ia akan ditampung sampai tiba waktunya untuk menerima keputusan surga atau neraka.

Namun apa yang menjadi perhatian Ringgo bukan pernyataan tersebut melainkan sesuatu yang disampaikan Suma setelahnya. Suma bilang sesungguhnya sebelum orang itu benar-benar masuk ke ruang surga atau ruang neraka, orang itu masih bisa melakukan apa pun yang diinginkan. Lantas Suma mengatakan, meski begitu ia tidak akan mengubah rencana yang telah ia tetapkan ketika masih hidup. Sebenarnya Ringgo penasaran dengan rencana Suma itu, namun ia tidak lantas menanyakannya kepada Suma.

Sepekan lalu Suma mati, lebih tepatnya tiga hari setelah kematian Ringgo. Kematian Suma itu sungguh disayangkan oleh Ringgo karena orang sebaik Suma hidupnya pun tidak bisa lama. Dan yang dinilai tragis menurut Ringgo adalah kematian itu hanya gara-gara terlindas truk hingga hampir seluruh isi perut Suma moncrot keluar. Sebuah kematian yang menurut Ringgo sungguh-sungguh tidak elegan bagi Suma. Kematian seperti itu dinilai Ringgo tidak sebanding dengan amal baik semasa hidup Suma di dunia. Karenanya Ringgo jadi berpikir, hidupnya yang jauh dari kebaikan bisa berarti tidak terlalu rugi, karena orang yang jelas-jelas baik rupanya belum tentu apa-apanya akan baik.

Sudah tiga hari Ringgo sengaja memantau makam Suma, dan di hari ketiga itu Ringgo melihat sesuatu. Sebuah rumput tumbuh di gundukan tanah kematian Suma. Ringgo lantas berjaga-jaga dengan agak menjauh dari makam, bahkan bersembunyi di balik pohon kamboja. Tanpa berkedip ia melihat makam Suma, dan tak lama kemudian terjadi sesuatu. Suma benar-benar bangkit. Ringgo melihatnya sendiri.

Ringgo melihat Suma lantas berlalu menuju ke arah utara dan Ringgo menguntitnya. Pasa saat itu pikiran Ringgo serasa kosong, seakan tak ada yang dipikirkan selain Suma, dan kali itu Ringgo kembali teringat pernyataan lain yang disampaikan Suma kepadanya. Tepatnya sepekan sebelum Suma mati ia mengutarakan sesuatu terkait rencana yang telah ia tetapkan. Sesuatu yang dulu sempat membuat Ringgo penasaran.

***

Menurut penangkapan atas apa yang kupelajari aku yakin, sesungguhnya ketika kita mati masih bisa melakukan apa pun yang ada hubungannya dengan urusan kita di dunia, bahkan batas waktu yang berlaku sampai di ambang gerbang masuk surga dan neraka.

Kupikir sekaranglah waktu yang tepat untuk membalas perlakuan Ringgo terhadapku dulu. Begitu keputusan surga untukku telah ditetapkan, aku akan beraksi, mencari Ringgo untuk membunuhnya. Terlebih dugaanku benar, di mimbar penghakiman ada penjaga bersenjata pedang. Dengan cara berpura-pura mengaguminya aku akan meminjam sejenak pedang itu. Begitu pedang itu sudah berada di tangan, aku akan melakukan pengamatan terhadap pedang itu dengan saksama, sembari penglihatanku mengawasi keberadaan Ringgo. Aku akan memenggal lehernya dengan pedang pinjaman itu. Kematian kedua Ringgo akan membuat ia selamanya menanggung derita.

Lamunanku buyar ketika terdengar namaku dipanggil. Gegas aku maju menuju ke mimbar untuk menerima keputusan. Begitu keputusan buat diriku sudah diperdengarkan, seketika aku sangat terkejut. Aku diputuskan akan menjadi penghuni neraka. Menurut keterangan yang kudengar, keputusan itu katanya hukuman dari kesumatku yang tak berkesudahan. Dendam yang terus kusimpan, bahkan aku semayamkan dalam diriku dan terus kubawa hingga setelah kematianku tiba.

Pada saat aku berbalik untuk menuju ke ruang neraka, tak kusangka nama Ringgo disebut. Hal itu akan membuatku lebih mudah untuk membunuhnya. Artinya, kami akan bertemu, tanpa perlu aku susah-susah mencarinya. Bahkan bisa jadi kami nanti akan bersimpangan. Namun tiba-tiba pikiranku menjadi tidak menentu. Keputusan neraka untukku telah menyadarkan pengertianku, ketika aku ingin melakukannya, tiba-tiba pikiranku terlintas keputusan yang baru saja kuterima; neraka.

Aku sangat sedih memikirkannya. Kesedihanku sampai membuat aku tidak lagi peduli dengan apa yang menjadi keinginanku untuk membalas dendam kepada Ringgo. Bahkan ketika kami telah bersimpangan dengannya, aku tidak melakukan apa-apa. Justru kami saling sapa.

Persis ketika kami bersimpangan, aku mendengar namaku kembali dipanggil. Kami menoleh ke mimbar. Sebuah suara mempersilakan aku untuk kembali. Tanpa protes aku melakukannya. Begitu aku sampai di sana, aku mendengar keputusan untukku diralat, bahwa aku tidak jadi masuk ke neraka, melainkan ke surga.***

*) Image by istockphoto.com