KURUNGBUKA.com, CILEGON – Terhitung 250 lebih warga Linkungan Cibeber, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Banten, yang mengikuti kegiatan Tadarus 30 Juz Al-Quran, di Masjid Jami’ At-Ta’awun, Jumat (7/4/2023) malam.
Pembacaan Al-Quran bersamaan ini diikuti warga, mulai dari anak-anak, pemuda hingga orang tua. Pembacaan dimulai setelah salat tarawih hingga menjelang dini hari.
“Menariknya, atas saran dari kasepuhan, kami memilih 11 anak-anak usia SD laki dan perempuan untuk membacakan surat-surat pendek di hadapan masyarakat. Ini upaya agar mereka dekat dengan Al-Quran sejak usia dini,” ujar Ade Ubaidil selaku Ketua Risma At-ta’awun Cibeber.
Anak-anak perwakilan dari masing-masing RT di Cibeber tersebut sebelumnya telah dilatih oleh Panitia pelaksana kegiatan Gema Ramadhan dan diberi bingkisan usai membacakan surat-surat Al-Quran.
“Kami senang dan bangga melihat anak-anak kami berani membaca Al-Quran dan dengan fasohat di hadapan warga. Selain bingkisan dari panitia, kami pun memberikan apresiasi berupa uang tunai, semoga anak-anak lebih bersemangat lagi ke depannya,” jelas Hilmi Mubarrom, salah satu donatur di Link. Cibeber.
Dalam kegiatan tadarus bersama yang berlangsung hingga jelang dini hari tersebut, warga bisa mengkhatamkan delapan kali Al-Quran.
“Panitia bagiin Alquran mushaf yang per juz. Per orang dapat 1 juz. Total mushaf Al-Quran yang dibagikan ada 8 Al-Quran lebih (240 juz/red). Nah itu dibaca bersamaan. Dengan kata lain dalam waktu bersamaan kita mengkhatamkan 8 Al-Quran,” ujarnya.
Dikatakan, tadarus ini merupakan acara tahunan saat bulan Ramadan, terutama menyambut peringatan Nuzulul Qur’an dan serangkaian acara Gema Ramadhan 1444 H yang dilaksanakan oleh RISMA Cibeber, GAPPCI, dan DKM Masjid Jami’ At-Ta’awun.
“Tadarus 30 Juz ini agar masyarakat Cibeber tidak lupa dengan akarnya, dengan ajaran para kasepuhan dan tokoh agama di masa lampau. Kegiatan baca Al-Quran ini yang diwariskan sejak zaman dahulu. Makanya wajar ketika dulu Cibeber ini disebut Mekkah cintil (kecil-red) karena di Cibeber banyak pesantren dan alim ulama yang diakui secara luas bukan hanya di Banten,” tambah Ade. (Ink/red)