Dini Hari
suara redam bersama dengkur terakhir
truk malam pengangkut sepi
kepada siapa
harus kuhantarkan kegelisahan ini?
dahan pokok asem di tepi jalan
merunduk ngantuk
meninggalkan bahasa yang kueja
setiap hari berganti
dan kaukah itu yang hadir dalam puisi
di ujung kelopak berduri?
kemarilah, biar kueja
perasaan tajam untukmu
yang menyatu
dengan udara dini hari
2019
BACA JUGA:
Puisi-Puisi M.Z Billal
*
Batu Tulis
siapakah yang bersemayam
di batu ini?
yang menulis risalah tua
tentang proses kematianmu
debu abah kolot, serdadu
dan gundik deras melaju
hingga pangkal napas
o, batinku hanyut
dalam arus pengembaraan
menyusur warnamu.
kemana harus kupasang dupa?
kudengar suara manyar
menyalurkan air mata
pada rayapan sungai.
adakah tangis yang lebih kekal
dari kehilangan?
pelarian waktu lalu menyisakan
tilas jari yang tertinggal
di batu tulis
biar kukarang doa untukmu
kita lesapkan
duka dan kecemasan
Pandeglang, 2019
BACA JUGA:
Puisi-Puisi Abdul Salam HS
*
Berteduh di Singamerta
dalam diamku,
tempias air hujan
sampai pula di wajahmu
usai kumandang doa
yang kueja dari alif ke alif
dengan suara daun
langkahmu selembut dzikir
mendayu
pada setiap penantian
panjang
yang menyeret segenap
dahan pengharapanku
di udara yang terkencarkencar
sadar
bahwa singgah segera kelar
seperti ujung napas
di bukit duri
tercekat tak matimati
Ciruas, 2019