Elang Laut

:yohan fikri mu’tasshim

kau tahu, sebagian besar kebiasaan buruk manusia
adalah merobek harapan manusia lainnya.
pura-pura peduli, menjadi pendengar yang antusias
tapi tidak tertarik mengingat apa pun tentangmu.
mereka adalah ombak yang menggulung kesumat
pada elang laut sepertimu. berharap kau lupa bagaimana caranya
terbang, hingga mereka akan dengan mudah
merengkuh dan menenggelamkan tubuhmu yang gesit
ke palung dalam yang tidak pernah dikunjungi
siapa pun selain kau sebagai yang pertama.

pada sekali waktu nanti barangkali kau
akan merasa lemah. sepasang sayapmu tidak
bekerja sama dengan baik dan mulai risau
daratan akan memburumu sebagai mangsa.
hingga kau putuskan pergi kepada  umang-umang
yang sepanjang hidupnya berkelana, pindah dari
satu cangkang unam ke cangkang lainnya.
bertanya apa gerangan ia pernah terluka oleh cangkang baru
yang ia temukan. atau apakah ia pernah merindukan
keluarganya di pantai jauh yang tidak mungkin
mampu ia tempuh. kau mulai belajar pada hal-hal kecil.
menyerap seluruh energi baik sampai sepasang sayapmu
mengembang lebih kokoh dan melesat ke awan paling tinggi.

karena kau
adalah elang laut.

Kamar Alegori, Juni 2020

*

Cerita Kita Saat Sarapan, Makan Siang, dan Makan Malam

#saat sarapan
menu kita pagi ini adalah suara burung-burung
yang singgah di pohon kersen.
sesekali kita menuang masa kecil
yang pernah kita bicarakan
ke dalam cangkir teh.
lalu tatapan kita bertemu
menjelma setangkup roti tawar
tanpa selai, dan katamu
semua sudah manis dan tidak akan pernah basi
karena waktu-waktu yang kita miliki
adalah sebotol madu.

#saat makan siang
cahaya terik matahari jatuh
di atas piring yang kita letakkan di tikar saat piknik.
kita menikmati cahaya itu seperti ikan
dari laut dalam, aneh tapi lucu
hingga kita terbahak dan tawa kita dibawa angin
menuju suatu tempat yang jauh.
tempat di mana kita kadang ragu
apakah nanti kita bisa memiliki sekotak makam
yang isinya adalah jasad kita berdua.

#saat makan malam
kita sepasang burung kukuk
yang menikmati rembulan muda separuh
menggantung mesra di kaki langit barat
sebagai hidangan penutup.
kita hanya diam. benar-benar hanya melakukan itu
lalu berciuman.

Kamar Alegori, Maret 2020

*

Kalender

tiap manusia terlahir sebagai kalender
angka-angka mengalir di dalam nadi,
penuh perhitungan dan lebih pekat dari darah.
hari demi hari dilingkari sebagai penanda;
besok waktu untuk memulai, tanda silang
penanda hari kerja, bentuk hati kejadian istimewa,
atau gambar bintang untuk persiapan kejutan.
dan biasanya hari yang sial tidak diberi apa-apa,
diabaikan, tapi tetap dicatat sebagai pengingat
yang baik untuk sebuah kesalahan.

manusia suka sekali merangkai rencana,
tidak peduli apakah rencana itu berhasil
atau akan berakhir sebagai gelembung udara.
mereka tetap bersalin tubuh di akhir tahun,
melipat diri sendiri dan menyimpannya ke dalam
gudang ingatan. lalu tampil sebagai almanak
yang baru di dinding ruang tamu.
tempat yang tepat untuk dilihat  manusia lainnya.

tiap manusia adalah kalender
yang di nadinya mengalir angka-angka
lebih pekat dari darah dan hatinya penuh perhitungan

Kamar Alegori, Juni 2020