KURUNGBUKA.com, SERANG – Untirta melaksanakan kegiatan Pembelajaran Modul Nusantara, di mana pada pembelajaran ini ditujukan kepada peserta Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Kemendikbudristekdikti. Kegiatan ini dimaksudkan, seperti mengacu pada prinsip Pembelajaran Modul Nusantara, yakni untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang kebinekaan, wawasan kebangsaan dan cinta tanah air yang meliputi empat jenis kegiatan; kebinekaan, inspirasi, refleksi, dan kontribusi sosial.
Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka yang berasal dari Kampus wilayah Timur Indonesia yang sudah tiba di Untirta, Kota Serang, beberapa waktu lalu. Untuk pengisi kegiatan kali ini, Untirta mengundang pembicara Huluful Fahmi yang merupakan aktivis sosial, pendiri Rumah Peradaban Banten, pengusaha sekaligus ketua CCSR Kota Cilegon.
Selain itu, pada kesempatan ini juga Untirta menghadirkan Hilman Lemri, penyair yang juga merupakan editor Untirta Press untuk memberikan refleksi kepada mahasiswa melalui puisi yang dibacakan olehnya berjudul ‘Kitorang Basodara’ karya Alm. Radhar Panca Dahana.
“Sejak kecil saya sudah memupuk soal akulturasi kebudayaan. Melakukan komunikasi kebudayaan, dan saya kira karena akar yang sudah kuat dalam hal toleransi di berbagai daerah, jadi Kebhinnekaan kita terus terjaga. Saya harap, teman-teman juga ketika pulang, menyampaikan pesan dan mempraktikkannya di daerah asalnya,” kata Fahmi, dalam kegiatan yang dilaksanakan di Kampus Untirta, Sindangsari, Kabupaten Serang, Rabu (5/1/2022).
Fahmi menuturkan, pangkal dari kekuatan kebinekaan adalah menerima perbedaan dan saling kasih mengasihi satu sama lain. Kemudian hal tersebut menurut Fahmi harus tertanam dalam jiwa mahasiswa masa kini yang punya tugas sebagai agen pengubah bangsa ini.
“Bukan hanya mengejar nilai di kelas, melainkan juga mempraktikkannya. Melakukan banyak interaksi dan mencoba mengeksplor kemampuan dan menghargai diri dan orang-orang di sekitarnya,” tuturnya.
Peserta Pertukaran Mahasiswa merdeka, Muhumad Sugi yang berasal dari Ilmu Hukum, Universitas Negeri Gorontalo, mengatakan, terkait dengan hal tersebut memang sudah menjadi tanggung jawab setiap generasi muda di negeri ini.
“Kita kembalikan ke diri kita masing-masing. Namun, saya menggarisbawahi, kita memang bukan hanya sekadar mahasiswa, jadi maksudnya adalah bagaimana mahasiswa melakukan perubahan atau karya yang membuat negeri kita maju. Saya harap kami bisa melakukannya,” katanya optimis.
Sementara itu, pengampu Pembelajaran Modul Nusantara di Untirta, Momo Asih mengungkapkan, kampus memang menjadi tempat yang tepat untuk menjadi salah satu laboratorium mahasiswa dalam mempraktikkan apa arti dari bhinneka tunggal ika.
“Kita ingin memupuk kebersamaan tanpa menghilangkan identitas dan perbedaan di antara kita. Sebelum jauh melangkah ke sana, ke masyarakat yang lebih majemuk, maka kita coba memberikan pengajaran hal ini di kampus untuk para mahasiswa ini,” ungkapnya.(lmr)