KURUNGBUKA.com, BOGOR – Dalam rangka merayakan Hari Ayah Sedunia 2024, Komunitas Penulis Elang Tumaritis, meluncurkan buku “Bapa Angkasa” di Balong Kabayan, Kampung Ciranjang, Kelurahan Pamoyanan, Bogor Selatan, Kota Bogor.

Ada yang istimewa pada kegiatan peluncuran buku “Bapa Angkasa” ini. Yaitu kehadiran anak-anak usia TK dan SD yang turut memeriahkan acara, melalui penampilan teatrikal bertajuk “Ibu Bumi, Bapa Angkasa Bersatu dalam Diri”.

Penampilan Teater Bocah -demikian mereka menyebut dirinya- tampak khusyuk menjalani prosesi teatrikal menyatukan air kehidupan, 8 mata air yang dibawa para penulis Elang Tumaritis dari seluruh penjuru Nuswantara.

Meski baru pertama kali pentas, tetapi anak-anak dari Kampung Pasirangin, Desa Cipicung, Kabupaten Bogor ini begitu percaya diri bergerak, berteriak dan berakting natural. Semua memainkan peran dengan baik, mampu menyedot perhatian para tamu undangan yang hadir. Heri Cokro selaku pembina dan sutradara, merasa tertantang mengajak Gen Alfa untuk berliterasi melalui teater.

Selepas pementasan teatrikal, “air kahuripan (kehidupan)” yang telah disatukan dalam sebuah belanga bertuliskan Indonesia, kemudian diserahkan kepada para penulis Elang Tumaritis, untuk diarak dalam prosesi karnaval.

Tradisi penyambutan oleh Ki Lengser diiringi musik etnik dari Kelompok Tulang Bajing hingga air kehidupan dan sepasang buku, “Ibu Bumi” dan “Bapa Angkasa” disemayamkan di tempat yang telah disediakan di panggung utama, di Bale Tumaritis.

Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 Stanza dan pemutaran book trailer eksotis. Lalu doa bersama dan peluncuran buku “Bapa Angkasa” dilakukan secara simbolis, dengan pemotongan tumpeng oleh Kirana Kejora selaku mentor menulis. Foto bareng penulis, lanjut dengan Siraman Jiwa oleh Indra Hanjaya yang mengajak semua untuk kembali ke diri. Berkarya sepenuh rasa.

Menurut Kirana, selaku mentor dirinya menyampaikan rasa bangga, bahagia, sekaligus haru karena tepat di Hari Ayah Sedunia 2024, “Bapa Angkasa” yang menjadi pelengkap “Ibu Bumi” ini, bisa terbit dan diluncurkan dengan meriah melalui sajian rangkaian acara istimewa.

“Berawal dari kegiatan Nyawang Bulan di Katumbiri Resort yang diselenggarakan Komunitas Lembur Urang, Kampung Kita Nusantara, komunitas yang peduli pada pelestarian, pengembangan budaya Nuswantara, melahirkan Elang Katumbiri, 25 penulis buku “Ibu Bumi”. Keberkahan buku dari Elang Katumbiri ini, ternyata berlanjut menginspirasi lahirnya 29 penulis Elang Tumaritis, yang termotivasi atas dukungan para Kasepuhan Elang Nuswantara,” jelasnya.

Senada dengan Kirana, Asep Kabayan yang menjadi tuan rumah sekaligus penulis Kata Pengantar di buku ini, menyampaikan pula rasa senang dan bangganya.

“Puji syukur pada Sang Pemilik Kehidupan, setelah buku “Ibu Bumi” antologi cerpen filmis berbasis Ibu dan Semesta, terbang di akhir tahun 2023, kini saatnya buku “Bapa Angkasa” antologi cerpen filmis, esai, dan puisi pun mengangkasa untuk menyelaraskan segalanya. Bicara tentang Ibu, tak lepas dari Bapa, demikian sebaliknya. Bapa tak pernah berhenti menjadi penjaga hati,” ungkapnya.

Nama Elang Tumaritis, terinspirasi dari Bale Tumaritis Balong Kabayan, sebagai sarana rekreasi, edukasi, dan terapi alami keluarga Indonesia yang sesuai pesan Ibunda Asep Kabayan, mulai 1 Januari 2024 bertransformasi menjadi Padepokan Tumaritis. Ada pun Bale Tumaritis dipilih menjadi tempat peluncuran “Bapa Angkasa”, karena nama Tumaritis berkaitan dengan sosok Eyang Semar Badranaya, Bapa Sepuh.

Salah satu perwakilan penulis, Tisna Simowibowo menyampaikan pesan, “Semoga, buku karya 29 Elang Tumaritis ini, bisa menjadi oase istimewa di padang literasi Nuswantara. Memperbaiki peradaban bangsa, maju, melaju. Ibu Bumi, tak pernah sekali pun ia meminta, tetapi tetap setia berjaga. Bapa Angkasa, ia tak pernah berhenti menjadi penjaga hati.”

Kegiatan peluncuran pun juga diramaikan dengan medley musik etnik Nusantara dari Kelompok Tulang Bajing, persembahan lagu balada Nusantara dari Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Kota Bogor, juga sebuah lagu indah dari Ebiet G. Ade, Titip Rindu buat Ayah, dinyanyikan Rara Gendis siswa SDIT Biru Wataqwa Bogor. Juga ada bazar kuliner lokal unik dan tote bag cukil karya Komunitas Cisadane Resik pimpinan Sutanandika.

Para penulis juga tampil menghibur. Di antaranya, penulis dari Gen Z, Lemuel Matthew Malcolm Elia dengan penuh penghayatan, membaca petikan cerpennya, Kulupa Mengingat untuk Melupakan Dia.

Dilanjutkan pembacaan puisi magis karya Arie Suciyana, Aku Juga Putra Bapak, yang dibawakan begitu kuat oleh Adi Maykel. Berlanjut dengan tarian manis “Sang Bayu” diiringi musik khas suku Dayak, Kalimantan, yang dibawakan Arie Suciyana. Ditutup dengan wejangan Ki Marthin Elia sebagai wakil Kasepuhan Elang Nuswantara, agar semua terus semangat berliterasi demi kemajuan negeri.

“Buku bukan hanya sayap penerbangan, atau energi perjalanan, tetapi juga sirip penyelaman penulis dan pembacanya,” tutur Kirana, yang mengaku hanya sebagai petugas admin literasi Nuswantara. Berusaha, bergerak maju, melaju. Mengajak siapa pun yang mau menulis dengan sungguh. (Heri Cokro/Key/Asep/dhe)