KURUNGBUKA.com – (01/05/2024) Yang membut tulisan-tulisan kadang menaruh dan menyimpan dirinya di situ. Ada pula yang tidak ingin ada dalam tulisan. Tulisan yang memuat diri mungkin sumber biografi. Pada situasi lain, diri dalam tulisan-tulisan bisa memudar. Yang menulis dan membaca diri mungkin dibuat malu.
Akibatnya, ia menghindari dirinya setelah telanjur berada dalam tulisan. Kejadian yang berbeda, diri menghilang atau tidak lagi ditemukan dalam tulisan berbarengan dengan waktu yang berlalu. “Saya merasa sudah tidak bisa lagi berada bersama dengan tulisan saya sendiri,” pernyataan Afrizal Malna.
Diri dan tulisan, yang dipengaruhi banyak hal. Ia pun menjelaskan: “Tempat terus berlalu, waktu terus berlalu, bahasa terus berlalu, tubuh juga terus berlalu.” Kita yang merasa kesulitan setelah mengerti banyak hal berlalu.
Afrizal Malna bukan menerangkan tapi menggelapkan: “Saya memaksakan diri masuk ke dalam tulisan-tulisan itu, membongkar, memindahkan kata-kata, memperbarui lantai dan dinding-dindingnya. Menjadi hantu di antara kutipan-kutipan yang alih-laih kehilangan matarantai narasinya, atau membutuhkan rajutan baru.”
Di Indonesia, ia terbiasa menghasilkan tulisan-tulisan yang sulit. Penjelasan tentang diri dan tulisan pun sulit. Kita memastikan Afrizal Malna sedang memperhatikan tulisan-tulisan lamanya. Ia memiliki jarak dan sikap yang berbeda, dari awal pembuatan tulisan. Maka, di tidak capek memberi kita kesulitan agar masuk tulisan atau lari dari tulisan.
Afrizal Malna mengungkapkan: “Puisi dan pros seperti gudang kenangan yang bisa disusun dari sudut manapun. Tetapi hampir selalu harus melalui lantai bawah untuk mendapatkan susunannya.”
(Afrizal Malna, 2021, Kandang Ayam: Korpus Dapur Teks, Diva)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<