KURUNGBUKA.com – (23/07/2024) Sekian hari lalu, orang-orang berkumpul di Jakarta dalam perayaan buku, yang mengistimewakan bacaan anak. Anugerah diberikan untuk buku cerita yang mengisahkan nelayan. Konon, orang-orang tersenyum menandakan takjub dan bahagia. Penulisan dan penerbitan buku cerita anak terakui bermutu. Anggapan bermutu tentu untuk isi cerita, ilustrasi, dan pengemasan buku.
Buku itu mengurangi keluhan dan ledekan atas lakon kesusastraan anak di Indonesia. Setiap tahun, umat sastra di Indonesia menantikan gejolak-gejolak sastra anak dalam pujian dan pengharapan. Mereka tak selalu ingin diserbu buku cerita anak edisi terjemahan bahasa Indonesia. Pasar buku memang masih milik buku-buku yang bertaraf “internasional” dari pelbagai negara.
Pada suatu hari, orang-orang Indonesia membuat peringatan Hari Anak Nasional. Peringatan yang klise dan salah waktu. Kita mengetahui 23 Juli 2024 berbarengan hari-hari awal masuk sekolah. Perayaan-perayaan besar sulit dilakukan saat terjadi kesibukan dan kesemrawutan pendidikan. Yang penting pemerintah sudah berhasil membuat tema atau slogan: “Anak Terlindungi, Indonesia Maju.”
Hari itu berlalu. Kita merasa tidak mendapatkan kesan-kesan yang bertahan lama. Dunia telah ruwet lagi. Hari-hari yang kita alami pun mudah berantakan. Namun, kita masih berhak merayakan anak, bukan dalam kepentingan birokrasi. Kita merayakannya dengan puisi. Konon, puisi agak bisa meredakan kecamuk menghadapi hidup yang berat dan sesat.
Kita membuka halaman memuat puisi di majalah Bobo, 15 April 1989. Puisi berjudul “Pulang Sekolah” gubahan Rezki Meirza, yang beralamat di Jalan Tebet Barat Dalam VIII G, Jakarta Selatan. Puisi ditulis murid SD, yang tidak berpikiran atau berimajinasi muluk-muluk. Pada masanya, Rezki Meirza belum mengetahui keribuatan sastra di Indonesia. Yang silam, orang-orang meributkan “sastra kontekstual”. Murid itu sekadar merekam diri, yang dialami pula oleh jutaan murid di seantero Indonesia.
Ia menulis: Pulang sekolah/ Saat yang menggembirakan bagiku/ Karena pelajaran sekolah/ telah selesai untuk hari itu. Murid yang gembira. Ia merasakan “gembira” bukan saat mengikuti pelajaran-pelajaran. Kita pun ingat menit dan jam mengikuti pelajaran itu menyiksa. Gembira terbit setelah semua pelajaran selesai. Pulang itu bukti kegembiraan: meninggalkan guru, buku pelajaran, dan sekolah.
Peristiwa yang rutin, dilakukan selama ratusan hari. Bocah yang pulang itu gembira meski dalam pengulangan. Yang ditulis: Pulang sekolah aku berjalan kaki/ Kadang-kadang bersama-sama temanku/ Kadang-kadang pulang sendiri. Kita membayangkan melihat murid-murid SD keluar sekolah. Di jalan, mereka merayakan lelah bercampur gembira. Pemandangan yang kadang memberikan kepastian tentang belajar di sekolah itu wajib. Pulang berarti kembali ke rumah setelah jam-jam di sekolah. Kita pernah mendapat ajaran bahwa ada jalinan sekolah dan rumah.
Yang pulang menyempatkan bermain sejenak sepanjang jalan atau mampir di suatu tempat. Murid yang patuh memilih segera sampai rumah. Konon, bocah-bocah yang bermain dan bersukacita setelah meninggalkan sekolah seperti mewujudkan kebebasan dari kutukan-kutukan pelajaran. Mereka ingin tertawa, teriak, bersenandung, dan lain-lain. Yang memanjakan lidah tak lupa membeli jajanan sebagai bukti kenikmatan pulang dari sekolah.
Di majalah Bobo, yang kita baca adalah kepatuhan bocah: Pulang sekolah aku segera kembali ke rumah/ Tak pernah aku mampir ke mana-mana/ Supaya di rumah/ Ibu tak cemas menunggu. Puisi yang memberi ajakan kepada ribuan pembaca majalah Bobo mengenai sikap bocah. Kembali ke rumah mengharuskan ia mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku.
Puisi yang mengingatkan percampuran gembira dan kepatuhan. Murid-murid SD masa lalu, yang “dibentuk” oleh seribu tanda seru dari rezim Orde Baru. Mereka ingin bahagia tapi belajar di sekolah bukan jawaban yang terbaik. Bermain pun masih harus dalam pertaruhan demi kepatuhan kepada ibu di rumah.
*) Image by istockphoto.com
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<