KURUNGBUKA.com – (31/03/2024) Orang bersemangat menulis dimulai memiliki ide-ide. Ia ingin segera menuliskannya, sebelum kabur atau tiba-tiba menghilang. Namun, menulis tidak sepenuhnya ditentukan ide. Yang ingin membuat tulisan mengaku beride akan kesulitan jika tubuhnya lungkrah, lesu, atau sakit. Tubuh tidak dalam kondisi yang memungkinkan untuk menulis.
Orang itu menyesal atau sebal. Ide-ide yang diperoleh dan diolahnya tidak mudah diwujudkan tulisan. Tubuh dijadikan momok yang menimbulkan kegagalan atau keterlambatan tulisan.
Orang itu mesti menyimak keterangan Natalie Goldberg: “Orang tidak banyak menyadari bahwa menulis itu bersifat fisikal. Menulis tidak melulu terkait dengan pikiran, dengan segala sesuatu yang menyangkut hidup dan keaktifan.” Yang meminta perhatian: fisikal. Artinya, yang menulis itu menyadari tubuhnya untuk digunakan dalam peristiwa menghasilkan tulisan.
Tubuh yang seharusnya kuat, lincah, enteng, dan waras. Namun, kondisi tubuh tidak selamanya sesuai dengan kehendak-kehendak penulis. Tubuh yang bermasalah berakibat masalah-masalah perwujudan tulisan. Yang terjadi bisa sebaliknya: tidak menulis.
Natalie Goldberg masih mengisahkan yang menulis itu menggunakan pulpen dan kertas. Peristiwa yang membutuhkan energi besar. Ia pun menjelaskan kesadaran tubuh dan akibat: “Dan, apa yang sesungguhnya diberikan oleh para penulis itu bukan sekadar kata-kata, tapi mereka menyerahkan napas mereka pada momen-momen inspirasi.”
Yang diingatkan adalah tubuh saat bergerak menghasilkan tulisan, yang nanti akan dapat dirasakan pembacanya. Menulis itu fisikal mendapatkan pembenaran. Orang yang mulai meninggalkan pulpen dan kertas boleh memikirkan dan kerkesadaran tubuh yang berbeda demi tulisan.
(Natalie Goldberg, 2005, Alirkan Jati Dirimu, Mizan Learning Center)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<