image by istockphoto.com

KEPADA IBU

Perempuan yang menakar doa tiap subuh
Air matanya menolak nyeri di kejauhan

Ibu dengan aroma rindu di dapur
Semangkuk cinta membekas di meja makan 

Dan bila pagi mengetuk pintu 
Ibu segera kirim matahari
Dengan sepotong harapan dari dadanya
Di kemas dalam waktu yang memanjang
Menuju hatiku yang hampa 

Suara ibu menemui semesta lain
Mencairkan hari-hari yang keras

Karena Ibu tahu anaknya banyak kebimbangan
Perlu banyak cinta dalam menamatkan nasib 
Apalagi di dunia yang serba abu-abu 

***

DI SEBUAH PINTU KELUAR SEBUAH SUNYI 

Di pintu keluar sebuah sunyi
Kenangan lebam jatuh ke tanganku

Gambar stasiun dan perjalanan pulang naik kereta
Mengusir orang-orang yang menyimpan pagi dalam saku

Aku baru tahu, matahari terbit dalam saku
Ku bawa ke mana-mana 
Tak ada yang menggantikannya
Berbulan-bulan lamanya 

Cahayanya yang keemasan tak pernah mati
Berkali-kali aku ingin mematikannya 
Tapi hanya pudar dan menyala lagi

Seiring bunyi kereta yang nyaring di kepalaku
Mengayun pohon-pohon mimpi
Di belakang stasiun

Di pintu keluar sebuah sunyi
Tidak ada hal lain kecuali diri dan harapan
Terjebak dalam rutinitas masa lalu

***

DI SEBUAH HAlTE

Sepotong waktu dan kecemasan
Dirapikan berkali-kali
Dalam derap langkah
Mantra berputar dalam kebisingan
Bunyi kendaraan menyesaki dada 

Sedang di layar 
Jadwal bertengkar 
Menatap kepergian mematung di halte
Mungkin satu detik, dua detik lagi
Waktu menggadaikan nasib sendiri

***

MERAYAKAN MIMPI

Kita sedang merayakan mimpi
Yang kemarin berlalu-lalang di teras rumah
Angin doa menerbangkannya ke kejauhan
Bertebaran di kota yang dihasilkan bayangan

Kian terang segala yang buram
Kemarin kita bermimpi 
Ikan-ikan berenang di lautan
Mengalir ke sungai dada kita

Sekarang kita merayakan mimpi
Kepedihan yang oranye
Bunyi rindu jatuh di jalanan
Kadang dengan hujan
Membanjiri nasib yang nyeri 

Yogyakarta, 15 Maret 2023

***

KEPERGIAN

Seseorang meletakkan kenangan dalam sakunya
Sebelum hari perpisahan
Resah disimpan 
Bibir disimpul senyuman

Seorang Ibu memberinya secangkir air
Air harapan yang diteguk sore itu
Harapan itu telah dewasa
Di kepergiannya yang kesekian

Ia berangkat 
Dengan matahari rebah di dadanya
Menabung keyakinan dari masa lalu
Agar angin tak menyapu nasibnya
Barangkali dengan luka

Yogyakarta 30 Desember 2022