KURUNGBUKA.com – (29/03/2024) Penulis mengalami hidup (mungkin) tak jauh berbeda dengan orang-orang lain. Di keseharian, ia memiliki peristiwa atau kebiasaan yang membuatnya bahagia atau gembira. Namun, deretan peristiwa dan pemaknaannya tidak selamanya sesuai keinginan. Ada yang gagal dan hancur. Hidup kadang tidak mekar. Diri menjadi sulit dan merana.
Yang mengalami memiliki tumpukan ingatan dan penafsiran. Ia bisa “mengekalkan” atau mengabaikannya. Hari-hari terus berganti. Ketidakmampuan mengetahui yang kemarin-kemarin mungkin tidak terlalu berpengaruh saat membentuk masa depan.
Penulis tidak mau bersikap sembrono. Ia yang menugasi diri membuat tulisan-tulisan berhak membentuk kehidupan “lain”, setelah ia mengalami beragam peristiwa keseharian. Natalie Gilberg menyatakan pilihan para penulis: “Bagian yang menjalani hidup untuk kedua kalinya. Itulah bagian yang duduk untuk mengilas balik dan merenungkan lagi kehidupan mereka. Yang mencermati tekstur dan detailnya.”
Penulis bekerja dengan ingatan dan renungan. Ia yang melihat (lagi) semuanya, yang memindahkannya dalam tulisan. Ketabahan dalam membuat kilas balik, yang tentu tidak bakal sempurna. Yang dijanjikan adalah menuliskannya.
Takdir dimiliki penulis: perhatian. Ia mendapat kewajiab memberi perhatian, tidak membiarkan segalanya berlalu dan sia-sia. Di beragam peristiwa, ia menjadi pelaku sekaligus perekam. Yang paling sulit adalah mengilas balik secara utuh. Ikhtiar itu dituliskan dengan kesulitan-kesulitan yang melelahkan dan menjengkelkan.
Namun, yang mengilas balik memenuhi hasratnya agar tulisan menjadi hidup dan bertumbuh. Natalie Gilberg memberi saran: “… seorang penulis berlatih menjadi bodoh.” Lelucon atas keputusannya mau memberi perhatian atas segalanya.
(Natalie Goldberg, 2005, Alirkan Jati Dirimu, Mizan Learning Center)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<