KURUNGBUKA.com – (01/03/2024) Orang yang jarang menulis berangan bisa membuat tulisan yang bermutu. Padahal, ia tidak membiasakannya atau berharap mendapat keajaiban. Pendapat yang bisa dibantah jika pengaturan waktu menulis memang dalam kepentingan menjaga mutu.

Yang keseringan menulis kadang hanya menghasilkan tulisan-tulisan buruk. Jumlah tulisannya banyak tapi menciptakan “neraka” yang memalukan, menimbulkan marah, dan menjenuhkan. Artinya, penjawalan menulis ada kaitannya dengan kekuatan dan hasil. Keajaiaban pun diperlukan.

“Tetapi tulisan terbaik seseorang sering tercampur dengan tulisan buruknya,” keterangan Peter Elbow. Ia tidak sedang guyonan. Tulisan yang terbaik memang tidak selalu bisa dihasilkan oleh penulis. Ia membuat beberapa tulisan, yang ia mampu menilai baik dan buruk. Pada saat merasa bisa menulis yang bermutu, dirinya sadar ada beberapa yang jauh di bawahnya.

Nasihat diberikan: “Semuanya terasa buruk saat menulis, tetapi jika ia mau membiarkan diri menulis dan nanti kembali lagi, ia akan menyadari bahwa beberapa bagian tulisan itu sangat baik.” Yang dibutuhkan adalah keinsafan dan ketulusan membaca kembali tulisan-tulisan yang sudah dihasilkan.

Pada akhirnya, kesungguhan dalam menulis memungkinkan adanya keajaiaban. Peter Elbow mengalaminya: “Saya cenderung mempercayai keajaiban kata-kata: jika memikirkan kata-kata, saya terbujuk untuk mempercayainya mereka; dan jika menuliskannya diam-diam, saya terikat dan perilaku saya diarahkan oleh mereka.”

Yang terbayangkan: penulis mengetahui bekal dan hasil tulisan. Ia berhak menilai baik dna buruk. Namu, dalam kemauannya menggerakkan kata-kata sebenarnya ada keajaiban, yang terasakan ketimbang jenuh memikirkan syarat-syarat tulisan bermutu.

(Peter Elbow, 2007, Writing Without Teachers, Indonesia Publishing)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<