KURUNGBUKA.com – (24/01/2024) Yang bertambah usia tidak dijanjikan bertambah mutu tulisannya. Tua adalah masalah raga, selain kemampuan berpikir dan keluwesan mengungkapkannya dalam tulisan. Pengarang-pengarang yang menua bukan berarti telah lelah.
Tulisan-tulisan yang sudah dibuatnya kadang mengingatkan usia tapi tak selamanya selaras. Pada saat tua, keputusan mengurangi kemauan menulis mungkin berdasarkan pertimbangan kekuatan, waktu, dan pertautan zaman. Yang masih mampu menulis, yang bertaruh gairah. Tua bukan berhenti atau tamat.
Penjelasan dari Williams Zinsser: “Masih banyak orang tua yang menulis dengan gairah tinggi seperti pada usia 20-an atau 30-an: jelas gagasan mereka masih muda. Para penulis tua lainnya melantur dan menyebut secara berulang-ulang dirinya sendiri: gaya mereka begitu menggurui sehingga berubah menjadi menjemukan.”
Yang menjadi tua direpotkan dilema-dilema. Tulisan-tulisan yang dibuat tarik-ulur dalam gerak atau terseok-seok. Usia yang menentukan tapi kesanggupannya menghindari bahasa “tua” memungkinkan keselamatan mutu tulisan.
Di Indonesia, pengarang-pengarang tua masih menulis. Dulunya, yang ditulis hanya puisi dan esai. Pada saat tua, yang dibuat adalah cerita pendek dan novel. Pada saat muda, puisi-puisi ditulis dengan capaian-capaian estetika mendapat pengakuan. Namun, gairah menggubah puisi terus berlanjut saat tua, yang membuatnya mencoba arah lain dari terdahulu.
Yang terjadi tanggap pembaca membawa kesan-kesan masa lalu, yang sulit menerima yang disajikan berbeda. William Zinsser mengingatkan bahwa usia, bahasa, dan gaya yang membuat tulisan rawan: dimiliki pembaca atau dibuang tanpa belas kasihan.
(William Zinsser, 2015. On Writing Well, Kiblat)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<