Pulang
bulan haji musim kawin. aku paham ritus tatap mata tak mampu
mengubah keputusan.
kaki tumpuh kesunyian. kau paham situs ratap dada tak mampu
mengubah kepatuhan.
pulang merantauku alir darah tubuh. kau paham lipatan wajah tak mampu
menyimpan kebohongan.
“biar kakiku melangkah. jika cinta memang raib. kau paham bahwa cinta tak melulu soal usia”
tamu-tamumu sudah tandang. di beranda rumahmu. aku menunggu pengakuan. tapi sayang,
kau lebih dulu mengulurkan tangan.
Tangerang, 2023
***
Malam Lebaran
pada tengah malam, di atas trotoar jalanan raya serang. takbiran kejar berkumandang.
pedagang rindu kampung halaman. meletakkan bayangan pulang, duduk tertawa; anak dan istri. dari sudut lain. bunyi wajan melenturkan perut kemiskinan. geram lapar, jiwa yang terkapar.
seumpama angin duka pada malam. menggugurkan kelaparan. maka tidur pulas dan menanggalkan gemerisik luka perjumpaan. pada kampung halaman.
Tangerang, 2023
***
Manusia Silver
merantaulah, lalu pulang karena rindu
sejak awal ia meletakkan mimpi di jalanan macet. dari jauh ibunya membenamkan rasa,
merapal doa. melalui tubuhnya ia bisa mencium rumah-rumah. kelak rumah disinggahi
bersama keluarga. lantas para tetangga mengira; kota adalah kabul segala pinta.
penciuman pada tubuhnya semakin tajam. hingga ia tidak mampu mencium apapun selain
tubuhnya sendiri. bau cat baliho baru yang terpampang;
pengemis dan anak jalanan dipelihara oleh negara.
seperti mimpi, katanya
tubuhnya masuk ke kedalaman mata polisi. duduk bersama seperti sudah kenal lama.
Tangerang, 2023
***
Liku Rumah Tangga
di ruang persegi, kasihku. kita tinggal mencipta cintakasih.
lalu kita menyebut kontrakan. kamar dan dapur menyatu. melenturkan seluruh peluh.
malam ini aku bercerita. perihal kolega yang lentur menekuk punggung
mencuci tangan kotor
memasang mukamuka
seluruhnya fana untuk mencapai nama.
di ruang sempit susah bergerak, kasihku.
kita tetap bertahan dengan tubuh yang (barangkali) lelah berteriak. dalam isak yang terselip dalam doa, kita sudah lupa bagaimana rasa penderitaan yang belum berkesudahan.
malam ini, kasihku.
setelah berjamjam melelapkan mata si bayi. mataku masih tetap menyala. aku menyentuh tubuhmu tidur lebih awal. mengusap kepalamu. menggoyang tubuhmu.
perlahan mataku perlahan terpejam.
setiap malam.
Tangerang, 2023
***
Pertukaran
setelah ibumu meninggalkan luka. menua tiada kabar di negara seberang. lantas ayahmu
kawin lagi dan tak juga nampak batang hidungnya. kau dirawat nenek di tengah perkebunan.
seperti nujum kakekmu. kemalasan akan membawa petaka. sebab uang melahirkan jalan
benderang. dan luka tak bisa dilupa. sepintas kau merasakan luka yang menjalar di sekujur tubuh. sesaat kalimat akan membekas di dada. setelah kakekmu meninggal. mengapa kalimat itu pudar?
dan kau dengan mudah melupakan begitu saja. jalan bercabang kau tempuh. makan tanah,
penyesalan berkepanjangan, atau memulai dari awal. lalu doa-doa tak mampu kembali
menyatu. doa orang tua paling mujarab. kau merutuki nasib. sementara orang tua sudah tak
lagi ada dan mengirimkan doa-doa. tubuh akan diarahkan dari kelemahan. dan mulut dipaksa
diam. setelahnya penyesalan sudah tak lagi menjadi pertimbangan. kau berjalan pelan-pelan.
membuka korden dari arah berlawanan. ketika istrimu menyeduh teh di ruang paling
belakang. lalu kau memicingkan mata. tubuh berasa melayang di atas awan ketika asap di
belakang rumah semakin menebal. dan uang ganti rugi dari pabrik sudah kau tukar sebagai
penyambung kehidupan.
Tangerang, 2023
*) Image by istockphoto.com
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia dan membagikan berita-berita yang menarik lainnya. >>> KLIK DI SINI <<<