KURUNGBUKA.COM, SERANG — Risna dan Munawir menjadi narasumber di Nyenyore dan Kado Lebaran Rumah Dunia tahun 2022. Mereka berdua menyampaikan materi tentang membangun kemandirian komunitas literasi di Banten. Minggu, 17 April 2022.
Risna menuturkan bahwa komunitas yang dibangunnya berbeda dengan komunitas yang lain. Sebab, berkaitan dengan dunia seni budaya baik itu menari, silat, gamelan dan lain-lain sehingga TBM yang diolahnya sangat lekat dengan tradisi.
“TBM Libels sekarang juga ada perguruan silatnya namanya Badak Libels jadi agak keren-keren gitu. Jadi Alhamdulilah seperti itu,” kata Risna.
Menurutnya mengurus TBM itu tidak mudah, tetapi dengan penuh ketekunan banyak orang yang meliriknya. Bahkan Risna mengatakan pernah mendapatkan proyek durian runtuh yaitu terlibat pembuatan film Jalur Rempah, sehingga menjadi sebuah keberkahan untuk komunitasnya.
Risna menuturkan bahwa TBM bisa menjadi besar dan membawa dampak baik membutuhkan keistiqomahan dalam membangunnya. Sekarang, Risna mengaku mendapat keberkahan—yaitu banyak terlibat dalam proyek film yang berkaitan dengan seni budaya.
“TBM dan komunitas itu harus punya identitas yang kuat sehingga bisa terus berjalan nanti rezeki itu mengikuti,” kata Risna salah satu pemeran film Yuni.
Sementara itu, Munawir selaku founder Saung Huma atau sekarang lebih dikenal dengan Cahaya Aksara mengaku tidak tahu menahu soal TBM yang ia bangunnya. Tetapi ia suka mengumpulkan anak-anak untuk terus belajar seperti baca puisi bahkan berlatih teater.
“Saya senang hal-hal sederhana. Saya nanya ke anak-anak dan apa yang ingin diketahui dan ayo kita main apa? Sampai akhirnya saya dikenalkan dengan TBM (Taman Baca Masyarakat) tahun 2017,” kata Munawir.
Munawir juga menuturkan bahwa kekuatan media sosial dalam membangun TBM adalah sebuah pilihan yang tepat. Karena banyak orang yang ikut terlibat dalam membangun TBM baik itu oleh masyarakat ataupun lembaga yang ingin berkolaborasi.
“Sebetulnya kalau disebut kemandirian, Cahaya Aksara adalah TBM yang tidak mandiri, Pak. Karena tadi ibu bilang kita ini kolaborasi’kok—banyak orang yang ingin melakukan kolaborasi dengan kita atau setidaknya kita memancing orang untuk berkolaborasi,” jelas Munawir.
Kemandirian TBM
Risna mengaku bahwa TBM yang dibangunnya tidak sepenuhnya mandiri, tetapi tidak semua yang ingin berkolaborasi dengan TBMnya bisa mengintervensi kegiatan. Sebab, harus sesuai apa yang diminta olehnya.
Dengan cara begitu banyak masyarakat bisa merasakan manfaat dari TBM hasil kolaborasi juga pihak yang memberikan bantuan juga senang karena banyak masyarakat yang antusias.
Sedangkan Munawir menejelaskan bahwa membuat TBM itu mudah tidak perlu banyak membutuhkan buku. Dia mengatakan bahwa dengan satu buku bisa menjadi lima kegiatan mulai dari membaca bersama, diadaptasi jadi teater, dan lain-lainnya.
Menurutnya literasi itu adalah gerakan penyadaran untuk membaca buku, penyadaran untuk berbuat baik, dan daun sebagainya. Sebab, TBM adalah sebuah hal yang fleksibel bisa dibawa ke mana saja.
“Alhamdulillah kita kemarin punya mainan dari orang Jakarta. Dari media sosial kegiatan kita banyak yang melihat. Untuk itu harus selalu eksis di media sosial,” ujar Munawir.
Munawir menambahkan bahwa mandiri adalah ketika manusia punya keinginan terus menerus tanpa menyerah walaupun capek untuk melakukan kebaikan dalam membangun literasi.
“Maka saya pikir kemandirian itu akan lahir dengan sendirinya,” pungkas Munawir.
Sebelumnya, TBM Libels yang diurus oleh Risna berada di Perumahan Bumi Serang Baru/BSB Gg. Cempaka RT 01 RW 15, Kaligandu, kota Serang. Sedangkan TBM Cahaya Aksara milik Munawir berada di Kp.Curug Luhur Cikondang RT/RW 004/006, Waringinjaya, Kec. Cigeulis, Kabupaten Pandeglang. (Rhmn)