KURUNGBUKA.com – (29/06/2024) Ada yang mengaku suka membaca sejak kecil. Buku-buku yang dibaca bermutu dan diakui berpengaruh. Namun, pada masa dewasanya, kebiasaan membaca tak lagi terlaksana. Konon, ia bahagia memiliki nostalgia menjadi pembaca. Ada yang mengaku telat sebagai pembaca buku.
Ia mengetahui buku saat remaja tapi tidak menekuninya. Yang mulai rajin membaca buku saat dewasa memiliki penyesalan “terlambat”. Ia berharap semestinya membaca sejak saat masih kecil atau remaja. Konsekuensi dari ketekunan membaca buku berbeda dalam siasat dan pendapat. Yang membaca, yang tidak ingin sia-sia atau sekadar saja.
Italo Calvino (1981) menjelaskan tentang pembaca dan usia. Yang terpenting adalah pemerolehannya. Kita menyimak untuk percaya: “Faktanya, membaca di masa muda bisa jadi tidak membuahkan hasil akibat ketidaksabaran, gangguan, kurangnya pengalaman dengan ‘petunjuk penggunaan’ produk dan kurangnya pengalaman dalam hidup itu sendiri.”
Kebenarannya tidak akan tetap. Semula, yang dibahas Italo Calvino adalah pengakuan meragukan dan pengalaman orang yang membaca buku-buku klasik dalam usia yang berbeda.
Ia sangat serius dengan pentingnya buku-buku klasik tapi pembacalah yang bermasalah. Selanjutnya, pembaca yang dewasa: “Jika kita membaca ulang buku itu saat dewasa, kemungkinan besar kita akan menemukan kembali konstata ini, yang kemudian menjadi bagian dari mekanisme batin kita, tetapi asal-usulnya telah lama kita lupakan.
Sebuah teks sastra bisa saja berhasil membuat kita melupakannya begitu saja, tetapi ia meninggalkan benihnya di dalam diri kita.” Yang “salah” atau “benar” membaca seolah dijamin tidak sia-sia.
(Italo Calvino, 2022, Maslahat Sastra, Basabasi)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<