KURUNGBUKA.com – (30/06/2024) Kita membayangkan penulis novel adalah manusia yang tangguh, memiliki kekuatan yang mahabesar. Artinya, ia yang menggerakkan kata-kata untuk menciptakan kehidupan. Tugas-tugas besar yang dilakukannya sering tidak selesai di kata-kata yang tercetak di kertas atau terbit menjadi buku.

Konon, ada tugas-tugas yang tertularkan dan terberikan pada pihak-pihak lain. Penulis yang mau melipatgandakan tanggung jawab kadang menjadikan novelnya tidak hanya milik sendiri. Novel mengarahkan pihak-pihak lain ikut hadir. Akhirnya, ada yang bersama penulis saat novel berada di tangan para pembaca.

Italo Calvino (1970) membaca kritis novel-novel Charles Dickens. Ia memberi pendapat: “Menjadi penulis novel, bagi Dickens, tidak berarti sekadar menulis, tetapi juga memandu interprestasi visualnya dengan mengarahkan ilustrator dan menanamkan ritmenya sendiri pada emosi publik dengan membiarkan ketegangan menetap pada setiap akhir volume.”

Kita yang pernah atau sedang membaca novel-novel Dickens dalam terjemahan bahasa Indonesia lumayan menerima yang disampaikan Italo Calvino. Dickens mau memikul tanggung jawab yang jamak, tidak hanya memerlukan novelnya terbit. Cerita-cerita yang ditulis berpengaruh dalam ilustrasi.

Italo Calvino pun penulis novel, selain membuat studi atas novel-novel besar dunia. Ia yang mendakwahkan: “Tetapi karena desain novel adalah ritus inisiasi, masa belajar menguasai emosi, ketakutan, dan proses kognisi, novel berakhir dengan membuat kita kewalahan, terlepas dari diri kita sendiri, penulis, dan pembaca.”

Yang sulit atau rumit itu novel. Kita yang membaca cerita-cerita gubahan Italo Calvino pun menemukan yang berjalinan, tak melupa menyarankan ilustrasi.

(Italo Calvino, 2022, Maslahat Sastra, Basabasi)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<