KURUNGBUKA.com – (11/06/2024) Pembaca buku kadang ketagihan masa lalu. Yang dicari dan dibaca adalah buku-buku lama. Konon, ia menemukan zaman yang memiliki kejadian-kejadian penting dan ketokohan. Di Indonesia, beberapa pembaca dijuluki “klasik” atau “kuno” saat menikmati buku-buku yang berusia seratusan tahun.
Buku tua yang masih terbaca, yang memberikan kejutan dari usaha menyingkap misteri-misteri. Pembaca dalam “kutukan” penasaran, yang memampukannya mengetahui masa lalu. Pengetahuan kadang istimewa untuk segelintir orang, tidak menjadi pembicaraan umum.
Pembaca yang terikat masa lalu itu bernama P Swantoro. Bertahun-tahun, ia bersama buku-buku tua. Buku beragam bahasa, yang mengantarnya ke masa lalu dan mengintip masa depan. Warisan unik darinya berjudul Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu (2002).
Pengalamannya membaca dan memiliki buku-buku tua disampaikan kepada kita yang mungkin ingin “terseret” atau sekadar kagum. Ia mengisahkan: “Meskipun saya lupa dengan beberapa bahasa yang pernah saya pelajari dan dengan banyak peristiwa yang pernah saya alami, tetapi saya tidak pernah lupa dengan satu buku…”
Swantoro dalam usia tua masih mengingat buku yang dilihatnya saat masih kecil. Yang disampaikan Swantoro adalah pergaulan dengan buku tua. Pergaulan yang membentuk ingatan bertahan lama. Pada masa bocah, buku berbahasa asing itu sulit dibacanya, berbeda saat tua.
Ada kemampuan untuk menyingkapnya. Yang diperlukan adalah bertemu lagi buku tua. Pertemuan itu yang memungkinkan orang menjadi pembaca, setelah buku terbit seabad yang lalu. Pembaca yang bernostalgia dan memerlukan keajaiban.
(P Swantoro, 2002, Dari Buku ke Buku: Sambung Menyambung Menjadi Satu, Kepustakaan Populer Gramedia)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<