KURUNGBUKA.com – (23/05/2024) Yang menulis novel-novel dan mendapat ketenaran tidak bisa hanya melakukan “pengulangan” atau “bertahan”. Ia mungkin bakal mendapat ledekan dan kritik dari pembacanya jika tidak ada pemunuhan janji-janji memberi “kebaruan” dan keistimewaan untuk tulisan-tulisan baru, yang tidak harus “kelanjutan” dari tulisan-tulisan terdahulu.
Pengarang yang “menghukum” diri agar memiliki gairah besar, yang memungkinkan cerita-cerita selalu dinantikan dan mengejutkan para pembacanya. Kesulitan yang membuatnya bergerak, bukan malah mundur dan jatuh.
Yang dilakukan Haruki Murakami: “Setiap sepuluh tahun, saya selalu mengalami titik balik. Saat itulah gaya menulis dan model cerita saya berubah. Saya tak pernah bosan menulis. Selalu ada target baru. Bagi saya itu hal yang menyenangkan.”
Ia merasa tidak berada dalam tekanan atau “penghukuman” dalam usaha menghasilkan cerita-cerita yang tidak mengulang atau mengikuti corak sebelumnya. Ketangguhan yang diperlukan tanpa malas dan lesu. Yang justru dialami Haruki Murakami: senang. Itulah yang membuat novel-novel mengandung unik dan “berkembang”.
Namun, ia mengakui ada yang “tetap” atau berulang saat ia menulis novel-novel. Penjelasan: “Tema yang cenderung berulang adalah eksplorasi alam bawah sadar, lubuk paling dasar pikiran sadar manusia.”
Haruki Murakami menyadarinya sebagai kekuatan, yang menjadikan novel-novelnya menantang bagi pembaca untuk memasuki dan memilikinya. Maka, ia memilih terus mengasah kesanggupannya menulis cerita-cerita yang mengeksplorasi alam bawah sadar. Ia tidak bosan tapi memberi bobot-bobot yang membentuk cerita-cerita baru yang selalu unik bagi para pembacanya, yang telah khatam novel-novel lamanya.
(Haruki Murakami, 2020, Seni Menulis, Circa)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<
Trackback/Pingback