KURUNGBUKA.com – (18/04/2024) Yang membaca dan menulis memerlukan pertemuan dengan sosok-sosok yang mempengaruhi. Pada akhirnya, sosok-sosok itu menjadi panutan atau ditinggalkan. Borges pun mengalaminya: kagum dan terpengaruh. Di alur kesusastraan, kagum kadang ada akhirnya. Yang mengejutkan adalah panutan berakhir dengan permusuhan atau perlawanan yang ikut menggegerkan kesusastraan.
Di kunjungan ke pelbagai kota, Borges sering bertemu sosok-sosok yang teringatnya sebagai pengantar dan penuntun. Ia mengakui pertemuan tidak hanya “kebetulan” tapi terjadi akibat pengembaraan bacaan dan petualangan raga.
Di Madrid, ia merasakan perubahan: pertemuan dan persahabatan dengan Rafael Cansinos-Assens. “Aku masih suka membanyangkan diriku sebagai muridnya,” kenang Borges. Pengalaman berkunjung ke kediaman Cansinos yang susah dilupakan: “… ia membawaku masuk ke dalam perpustakaannya. Harus aku katakan bahwa seluruh rumahnya adalah perpustakaan. Itu membuatmu merasa seperti sedang berjalan menyusuri hutan belantara.
Ia terlampau miskin untuk memiliki rak buku dan buku-buku ditumpuk dari lantai hingga ke langit-langit, memaksamu bergerak menyusup di antara tumpukan buku…” Kagum gara-gara tulisan, sikap sastra, dan cara hidup bergelimang buku. Borges sangat terkesan.
Persahabatan itu menghasilkan “percakapan-percakapan sastra yang menyenangkan”. Borges mendapat banyak tanda tanya dan tanda seru selama bersama Consinos. Pada masa yang berbeda, Borges yang menimbulkan percakapan-percakapan sastra berkepanjangan di banyak tempat setelah ia menghasilkan cerita-cerita yang sulit dihindari bagi pengagum sastra.
Borges yang menulis cerita-cerita atau memikirkannya saat berada di perpustakaan. Sosok pernah memegang otoritas di perpustakaan nasional di Argentina.
(Jorge Luis Borges, 2019, Esai Autobiografis, Trubadur)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<