Percaya Diriku

Aku adalah balada terakhir
yang mungkin tak akan dituliskan
kembali oleh para penyair lama.
Dan aku bersaksi atas nama puisi
sajak-sajakku akan selalu hidup abadi
sampai jasadku habis ditelan ludah sendiri
lalu tak gentar hidupku kuserahi
pada insan-insan berasa yang punya hati.

Aku adalah sajak terakhirku
dan kusampaikan sampai sepanjang hidupmu.

(Pasuruan, Maret 2024.)

***

Barangkali Peristiwa Saat Puasa

Kepada kepala yang sudah berkarat
dan tergerus waktu dan rindu
atas poin-poin penting bangun tidurku
dan kau di sana mengharapkanku
atau kepalaku saja yang halu(?).

Aku terus merengek dalam mimpi
yang makin lama terasa embusan sejuk
tak akan membawaku pada mimpi buruk

Dan terakhir kalinya kemudian tidur lagi
bangunku tak akan pernah melupakan itu.

Fase-fase apa kini menjemputku di pagi puasa
yang malam sebelum-sebelumnya
ialah pening berkelanjutan, dan obatnya belum ditemukan.

Titipan kepentingan apa yang kemudian
akan menuntunku kembali padamu, merasakanmu.

Semoga kali ini tak ada salah langkah
lagi, kesekian kalinya lagi, semoga.

(Pasuruan, Maret 2024.)

***

Curahan Tengah Malam

Dan dalam derasnya malam
kini satu-satunya yang digadang
adalah sepemilihan rintik hujan
yang menari-nari di depan rumah
sambil bertasbih riang, ungkapku
“Dengan nama Tuhan yang menciptakan
tengah malam dengan menuliskan
puisinya saat hujan yang dari
pagi sampai sorenya belum sempat habis
dicurahkan.”

(Pasuruan, April 2024.)

***

Sebait Sajak Peristiwa Kita

Sekadar bertanya-tanya
dalam benak dan kepala
yang mungkin saja bisa dianggap
sama-sama kita atas pernah
tentang ketidaksengajaan waktu itu
saat-saat pulang sekolah
dan mungkin saja aku berniat
juga mencegatmu
dan maaf sayangnya gagal
kenapa aku saat itu melewatkanmu
lewatkan tatapan itu
adakah memang ketidak-bersejalanan
yang akhirnya menjadi alasan
sungguh bila diberi sekali saja lagi
untuk dapat menatapnya kembali
dan tak pernah kusia-siakan untuk itu
dan bahwasanya aku minta maaf
saat itu seandainya aku mengabaikan
hal-hal lainnya di sekitar kita saat itu
maka kupastikan kau juga akan dapat
ketulusanku.

(Pasuruan, April 2024.)

***

Malam Kebesaran

Tuhanku Maha Besar
setitik malam yang menjemput
kasih sayang setiap manusia
dan makhluk-makhluk lainnya
kemenangan dari sisa-sisa
yang menjadi haknya.

Dan maka Maha Besar segala
yang mengusap air mata
dan yang menyanggah miskin
menjaga kaya, sertakan sejahtera.

Maha Besar yang dinantikan
kemudian dirayakan
dan bagaimana maka Tuhan
yang malam ini tersenyum
bintang-bintang lebih bercahaya
dan rembulan begitu elok jubahnya
rumputan ilalang bertasbih
percikkan sungai ikut memuji.

Tuhanku kusebutkan kini Kaulah Maha Besar
yang punya diri dan semesta
sampai esok hari fitri dan seterusnya.

(Pasuruan, Malam Lebaran 2024.)

*) Image by istockphoto.com

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia dan membagikan berita-berita yang menarik dan seru lainnya. >>> KLIK DI SINI <<<