KURUNGBUKA.com – (15/04/2024) Ia lahir dan tumbuh menjadi pencerita. Pada saat berpesta buku, ia mengerti “kewajiban” memberi cerita untuk umat manusia. Ia mengajak para pembaca memasuki “labirin” cerita. Di situ, pembaca mengalami kejutan, misteri, kebohongan, kesamaran, dan lain-lain.

Ia berada dalam pengasuhan yang bergelimang cerita. Ia bernama Jorge Luis Borges, hadir ke Bumi dengan keberlimpahan bacaan. Keluarga menjadi penentu penerimaan “kutukan” buku, yang dibawanya sampai mati. Borges membuat Bumi terus berputar dengan cerita-ceritanya.

Borges mengingat: “Aku menghabiskan sebagian masa kecilku di dalam rumah.” Ia tidak bosan atau tersiksa yang melahirkan putus asa. Rumah menjadikan ia sebagai pencerita yang memikat pada abad XX. Ia dalam cerita-cerita. Tubuhnya di rumah tapi pengelanaannya jauh. Yang diungkapkan: “Di rumah, bahasa Inggris dan Spanyol biasa digunakan. Jika diminta menyebutkan pusat peristiwa dalam kehidupanku, aku harus menyebut perpustakaan ayahku.”

Ia mengenali buku-buku beragam bahasa. Ia mengetuk pintu bahasa-bahasa. Borges berhasil masuk ke buku-buku, yang menjeratnya sampai menjadi pengarang kondang.

Sejak kecil, ia berpusat di perpustakaan. Pada saat dewasa, ia mengurusi perpustakaan tapi kesibukannya adalah menghasilkan cerita-cerita. Pada mulanya, ia suka membaca buku-buku dalam bahasa Inggris. Ia menikmati sastra dari pelbagai negara, yang membuatnya melihat dan merasakan dunia.

Yang membuat terpesona adalah bahasa, yang bergerak ke kiblat-kiblat cerita. Borges yang masih kecil sebagai pembaca bisa membedakan mutu sastra berdasarkan bahasa-bahasa. Ia terlalu terikat dan terpikat buku, sebelum menguasai dunia dengan cerita.

(Jorge Luis Borges, 2019, Esai Autobiografis, Trubadur)

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<