KURUNNGBUKA.com – (13/04/2024) Tempat dan tanggal lahir kadang menentukan kebesaran orang dalam sastra dunia, tidak hanya sastra di negaranya. Yang lahir di pelbagai tempat memang tidak dipastikan bertakdir sastra. Namun, kita sering menyimak pengakuan para pengarang yang “diuntungkan” dari tempat dan tanggal kelahiran.
Pemaknaan yang diberikan saat sibuk bersastra, yang mengakibatkan tempat dan waktu sangat membentuk dan menentukan: selamanya. Yang mampu memberi derajat “heroik” atas tempat dan waktu bakal terhormat meski ada orang yang ingin menyangkal sebagai “keberuntungan”.
Di Mesir, Naguib Mahfouz merasa “dipilihkan” tempat. Ia yang mengaku: “… dilahirkan dalam pangkuan dua peradaban, untuk menyerap air susunya, melahap kesusastraan dan kesenian mereka. Lalu, saya meminum nektar dan kebudayaan Barat yang kaya dan memesona.”
Semuanya itu mengakibatkan “kata-kata mengembun dari saya.” Ia yang beruntung dan sadar membentuk takdir kesusastraan pada abad XX di Mesir dan dunia. Pengarang yang terhormat dengan pengaruh tempat dan tanggal kelahiran.
Ia yang seolah bertanya mengandung jawaban: “… yang datang dari Dunia Ketiga, menemukan kedamaian pikiran untuk menulis cerita?” Naguib Mahfouz hidup dalam negara yang dicap tak sederajat dengan negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat. Ia pantang minder dan sungkan.
Yang dinyatakan: “Saya datang dari sebuah dunia yang bernauh di bawah beban berat utan yang pengembaliannya akan membuat mereka kelaparan atau hampir-hampir mendekatinya.” Yang bergumul dalam sastra insaf yang historis dan politis. Maka, ia tangguh menjadi penulis.
(Tia Setiadi, 2015, Menggali Sumur dengan Ujung Jarum, Diva Press)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<