Kali ini tim Rubik Wajah akan mewawancarai Kang Dede Ahmad Taufik, owner dari Bakso Ngeces yang telah me-launching cabang ke-2 di Ciwasiat, Kebon Cau, Pandeglang, kemarin (01/11/20).
Pria kelahiran Pandeglang, 12 Februari 1989 ini juga pernah Magang di Jepang selama 3 tahun, lho. Ingin tau keseruannya? Berikut obrolan asyik kami bareng belio~
_____
- Assalamu’alaikum Kang Dede. Saya ucapkan selamat atas launching Bakso Ngeces Cabang ke-2 ini. Semoga diberi keberkahan dan menjadi kedai bakso yang diminati oleh masyarakat Pandeglang khususnya dan Banten umumnya.
Wa’alaikumsalam, Terima kasih atas doanya, Kang. Pencapaian sejauh ini tak lepas dari semangat kerja keras, kreativitas, dan berinovasi agar Bakso Ngeces bisa menjadi trending di list para pecinta kuliner.
- Jika dilihat dari latar belakang pendidikan sebagai seorang sarjana dalam bidang Pemberdayaan Masyarakat, apakah hal ini berpengaruh besar terhadap usaha yang saat ini dijalankan, Kang?
Dulu semasa kuliah saya aktif berorganisasi dan sering mengikuti aksi demonstrasi. Kemudian setelah lulus saya mengikuti program magang Kinojesusei yang diberikan oleh pemerintah selama 3 tahun di Jepang sebagai mekanik. Pulang ke Indonesia tahun 2016 saya langsung merintis usaha dari nol dan otodidak.
- Apakah selama magang di Jepang dapat inspirasi untuk merintis usaha di Indonesia, Kang?
Ada, karena menarik liat kuliner asal Jepang, jadi akhirnya dulu punya keinginan untuk terjun ke dunia usaha. Dan sepertinya bakso menjadi salah satu alternatif untuk mengawali karir saya di dunia bisnis.
- Nah itu juga pertanyaan saya, kenapa sih milih usaha bakso, Kang? Memang yang bikin spesial dari bakso ini apa, Kang?
Pertama, karena hobi. Dari dulu waktu saya remaja seneng banget nyari kuliner bakso yang unik. Kedua, karena bakso ini kuliner lintas usia, lintas segmentasi pasar, dan lintas profesi. Karena tadi itu, kebanyakan orang senang makan bakso.
- Jika secara market bakso ini masuk ke semua segmentasi. Bagaimana daya beli masyarakat Pandeglang terhadap Bakso Ngeces?
Pandeglang itu unik, kalo bisa dibilang marketnya itu menengah ke bawah. Tapi kalo kita bisa manage dengan inovasi dan kreativitas ternyata daya belinya nggak kalah dengan Kota Serang, Tangerang, dan kota-kota lain. Apalagi harga masih terjangkau sekitar 15rb-65rb per porsi.
- Di saat pengusaha lain mengalami resesi dan ada beberapa UMKM yang gulung tikar, kok Bakso Ngeces mampu membuat cabang kedua. Rahasianya apa nih, Kang?
Jadi begini, sebelum corona usaha kita kena trouble di keuangan. Dan saat corona mulai menjadi wabah efeknya lebih terasa karena pemerintah pusat menginstruksikan PSBB total. Dan saya dengan karyawan berjualan sembako door to door untuk bisa survive dan menggaji mereka. Saat PSBB sudah mulai longgar, saya mencoba beranikan diri untuk berinovasi dengan menu baru yang lagi Viral yaitu menu Bakso Lobster.
Nah ternyata masyarakat Pandeglang menyambut baik inovasi ini. Dalam satu hari kami pernah menghabiskan 100kg lobster. Seminggu bisa mencapai 500-600kg lobster. Dari situ omset mulai membaik, yang awalnya saat corona kami hanya mendapatkan 200rb/hari bisa melonjak di angka 8-12jt/hari. Ditambah saat cabang kedua ini telah berhasil di-launching, produk Bakso Lobster telah menaikkan omset yang fantastis.
- Apakah ada visi lain untuk memberikan edukasi atau sharing pengalaman buat temen-temen pemula yang sedang belajar wirausaha, Kang?
Kalo untuk visi ke arah sana, launching sentra produk UMKM Pandeglang Berdaya adalah bukti bahwa saya ke depan ingin bersama-sama untuk belajar, berinovasi, dan bergandengan dengan pemerintah daerah. Insya Allah jika kita melakukan hal itu terus-menerus, maka kita akan maju bersama-sama.
- Ada statement Kang untuk teman-teman pemuda?
Untuk para pemuda, jangan takut berinovasi dan terjun ke dunia usaha. Karena itu merupakan salah satu sunah Nabi kita Muhammad SAW. Dan para pendahulu kita di nusantara pun bisa memperoleh kemakmuran dan kekayaan dengan cara berniaga.
Berusahalah agar tidak puas hanya sebagai pekerja. Harus punya tujuan untuk berniaga dan bisa membuka lapangan pekerjaan bagi para saudara kita yang membutuhkan. (met)