Menyuarakan Kesunyian

Suara-suara menggantung di telingaku
Sayup-menyayup; seperti reranting pohon yang jatuh ke dasar rumput
Aku hanya mendengar bisu, bahasa kalbu
Kemudian di sepinggir jalanan adalah lengang dan ketakutan
Mereka menjelma kota mati, berani merayakan sunyi.

2023

***

Anumerta

Lalu, apakala gundah-gelana diriku? Kiat hunus nyawa melepuh, kiat mujur langsung bertayamum

Lalu, mau apakala hidup mengagung? yang redup mesti menutup, sudah telungkup reluh pembasuh; lenyap nyungsung nung melenguh, musnah tadung gung menuduh

Lalu, mau apakala mati begini? Senyap liris telah bersuai, pagi minggat celak terurai 

Lalu, hendak apakala menuju kepada-Mu?
liang terukir di bunga-batu, di depannya wabarakatuh, di peraduannya kembali kepada-Mu.

2023

***

Dari Selatan Aku Hanya Pendatang

Aku hendak berlayar ke tubuh-Mu menyaksikan kedigdayaan lampau dan keruntuhannya hari ini

Aku kehilangan tubuh dan ribuan purnama silam. tak ada yang bisa menafsir pada debur ombak yang merangkul sunyi ajalku

Sampai kujilat sepenuh luka tubuhku
namun, selalu gagal membaca nasib dan rute rahasia-Mu

Kali ini aku pulang dengan sia-sia.
Di laut aku bukan apa-apa dan siapa-siapa Aku kembali alpa dan nanar. Tapi, karena kemutlakan itu, tetap saja aku adalah pejuang di daratan.

2023

***

Menyusul Kariangau 

Enam kilometer tiba di Pelabuhan Feri, lambung kapal duduk sila, kendaraan mengisi. Menghenti selancar berita, menyimak kemuning pagi.

Jam menunjuk orang sibuk bergantian. Kerah kemeja berpapas wewangian. Layar ponsel berdering-getar diabaikan, bakau menghijau di kawanan bekantan.

Ada yang memotret, ada yang menavigasi; Ada yang meneropong, ada yang menyepi. Kami membuka dunia dari kabar seorang penjelajah—bertukar cerita, berharap nasib. 

Sambil sebentar menyelinap bertelimpuh kudapan, beli makanan lalu menampung perjalanan. Tangan merogoh kantong dari uang kembalian, untuk memberi hasil dan bersandar di masa depan. 

2023

***

Ingus Darah

Darah mengucur deras membasahi hidungku
Bau anyir
Melelas ke sela-sela jari
Meleleh ke permukaan
Menguap
Tercampur pasir
Mengubah warna
Merah merah merah; Kecokelatan
Di tanah kulitku
Di bawah kakiku

Lahirku ada
Namun kalender telah berganti
Tahun-tahun memang berganti
Ideologi memaknai aku terpatri
Lagi pasang kanan, pasang kiri

Aku masih bocah ingusan dalam darah puisi

2023

*) Image by istockphoto.com

Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia dan membagikan berita-berita yang menarik lainnya. >>> KLIK DI SINI <<<