KURUNGBUKA.com — Merespons kebijakan new normal di masa pandemi, untirta menggelar diskusi publik dan bedah buku. Mengusung tema Diskusi Senja di Untirta, buku Menuju Norma(l) Baru terbitan Untirta Press 2020, menjadi acuan pembahasan oleh 3 narasumber lintas bidang. Menghadirkan Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy, Wakil Rektor Bidang Akademik, Pengembangan Inovasi, Pengabdian dan Hilirisasi Riset Agus Sjafari dan Anggota DPRD Banten Ahmad Jazuli Abdillah, diskusi berlangsung khidmat dalam suasana yang santai di Anak Sultan Coffee, Kampus Untirta Pakupata, pada, Kamis, (27/8).
Rektor Untirta sekaligus keynote speaker diskusi Fatah Sulaiman, menyambut baik atas terbitnya buku Menuju Norma(l) Baru. Baginya, buku tersebut adalah pencapaian yang luar biasa dalam kondisi pelik pandemi. Hadirnya buku tersebut menunjukkan kuatnya gotong royong dari berbagai elemen atau lembaga di Banten. Karena penulis yang tergabung dalam buku tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
“Saya sangat mengapresiasi dan bangga, Direktur Untirta Press Bapak Firman Hadiansyah bisa mewujudkan gagasan civitas akademis untirta merespons isu global dalam bentuk buku yang diselesaikan dalam rentang waktu sebulan. Luar biasa. Buku ini akan menjadi rekam jejak sejarah dan bukti dari solidaritas kemanusiaan kita terhadap fenomena global. Semoga kelak buku ini bisa dibaca oleh anak cucu kita nanti,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy menyampaikan, Pemprov Banten terus berupaya dalam menangani pemulihan berbagai sektor akibat dampak pandemi Covid-19. Menurutnya, sektor transportasi berpengaruh besar dalam lonjakan penyebaran covid-19. Hal itu terbukti dari banyaknya masyarakat hilir-mudik dari wilayah yang secara status zona merah berpindah ke zona hijau. Terutama akses kereta api yang menghubungkan Rangkas-Tanah Abang.
Itu mengapa, menurutnya, menjadi penting memberikan Sosialisasi dan pemahaman akan pentingnya menjalankan protokol kesehatan 3 M. “Dari kasus yang terlihat lonjakan paling signifikan berasal dari sektor transportasi. Maka pemprov berupaya melakukan sosialisasi kesadaran akan 3 M yakni memakai Masker, Mencuci Tangan dan Menjaga Jarak. Dengan langkah sederhana ini, saya berharap lonjakan kasus covid-19 bisa berkurang. Tentu langkah ini harus dibarengi dengan kerjasama antar lapisan masyarakat,” ujarnya.
Ahmad Jazuli memberikan pandangan lain terkait kondisi pandemi ini. Menurutnya, sebagai anggota legislatif, ia memandang, saat ini orang-orang dipaksa beradaptasi bahkan secara sistem pun dipaksa walaupun kalau ditelaah secara realitas masyarakat hari ini belum benar-benar siap menghadapi situasi.
“Masyarakat dipaksa beradaptasi. Sistem pun dipaksa oleh situasi. Maka saya harap tidak hanya anjuran mencuci tangan saja yang terus disuarakan, melainkan juga mempercepat adaptasi dengan menguatkan civil society. Salah satunya adalah dengan hadirnya buku ini. Agar kemudian lahir kolektivitas dan input untuk menghadapi kondisi yang demikian pelik dan membingungkan ini. Oleh karena itu saya harap buku ini bisa disebar-luaskan secara praktis. Mungkin bisa dalam bentuk E-Book sehingga semakin luas tersebar,” ungkapnya.
Sementara Agus Sjafri, sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik, Pengembangan Inovasi, Pengabdian dan Hilirisasi Riset mengatakan, saat ini masyarakat masih euforia dan belum bisa beradaptasi dengan pandemi ini. Masyarakat menganggap new normal adalah normal 100%, ini yang terjadi di lapangan. Padahal virus masih tetap hilir mudik tanpa pernah bisa kita lihat.
“Masih belum normal, masyarakat terlampau euforia merespons kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Menuju normal baru sebenarnya merespons situasi berdasarkan perkembangan dan risiko. Pada dasarnya masyarakat dipaksa mengikuti kondisi pandemi ini tanpa benar-benar paham situasinya. Itu mengapa pendekatan struktural saja tidak cukup, harus ada langkah pendekatan secara kultural juga untuk memotong mata rantai pandemi ini,” tutupnya. (Bae)