KURUNGBUKA.com, SERANG – Nursoleh Hasyim (53), Ketua Yayasan sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Ashabul Fikri yang berada di Desa Taman Sari, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang mengundang Duta Baca Banten Rahmat Hedly HS dan Dr. Ir. Naufal Affandi, MM selaku akademisi Universitas Bina Bangsa (Uniba) untuk memberikan motivasi menulis kepada para santri.
Kepada wartawan, Nursoleh menjelaskan, tujuan dari kegiatan ini ingin menubuhkan semangat membaca dan menulis pada santri di Ponpes Ashabul Fikri.
Masih menurutnya, pengetahuan itu bukan hanya didapat dari kitab kuning saja, tapi juga dari buku-buku yang lain, yang bisa membawa wawasan.
Kegiatan lain di pesantren, diakui Nursoleh diajarkan mensyarah (menjabarkan) apa yang dipelajari.
“Hasil dari kegiatan ini, nanti anak-anak akan kami dorong untuk menulis dan dijadikan buku antologi,” katanya, Minggu (01/12/2024).
Nursoleh yang sudah menulis 15 buku bercerita, dalam waktu dekat buku terbarunya akan segera terbit. Judul bukunya ‘Japra Santri Petualang’ yang berisi perjalanan roman sufistik.
“Insya Allah akhir tahun ini buku itu bisa terbit,” ujar mantan Ketua STIE Al Khairiyah tahun 2009-2015 ini.
Di tempat yang sama, Rahmat Heldy HS atau yang biasa disapa Rahel, berbagi motivasi menulis ke santri Ashabul Fikri.
Rahel mengatakan, menulis itu bisa membuat kita terkenal dan bisa mendatangkan pengahsilan tambahan jika karya kita dimuat di media.
“Adik-adik sekalian, saat saya kuliah S1 dulu di Untirta saya banyak menulis puisi, esai dan cerpen. Dari hasil menulis itu saya dapat honor dan bisa buat jajan dan traktir teman,” kata Rahel bercerita.
Rahel juga kemudian bercerita bahwa dirinya saat ini bisa diamanahi sebagai Duta Baca Banten salah satunya karena ia aktif menulis dan sebagai pegiat literasi.
“Tapi gelar Duta Baca ini bukan hasil ditunjuk, tapi ada tes dulu. Karena ini diseleksi,” ujarnya.
Sementara itu, Naufal Affandi, bercerita bahwa dirinya saat masih SMP, dia pernah mencatatkan namanya dengan tambahan gelar.
“Waktu itu saya ada tugas membuat prakarya, membuat huruf dari triplek. Saya memberinya tiga gelar doktor, insinyur dan MSc,” ujarnya.
“Perjalannya panjang. Dan mengalir begitu saja dan kesempatannya ada. Alhamdulillah gelar itu bisa saya dapatkan dan terwujud saat sudah dewasa,” cerita Naufal.
Naufal melanjutkan walaupun mesti melewati perjalanan panjang, tapi harus ditempuh. “Sekarang jamannya adik-adik sudah serba mudah dengan adanya teknologi. Yang diperlukan itu bagimana kita merancang masa depan dan banyak membaca. Jangan takut untuk bermimpi. Kita harus terus semangat dan punya keberhasilan yang tepat,” pungkasnya. (way/ana)