KURUNGBUKA.com – (02/02/2024) Situasi belajar dan pekerjaan memberi pengaruh untuk kemauan menulis cerita. Yang bergejolak adalah bahasa, bentuk, ide, dan lain-lain. Kesadaran waktu dan pamrih tulisan memungkinkan perubahan pertimbangan-pertimbangan dalam menggunakan bahan-bahan yang terperoleh.
Pada saat menulis atau mengetik, tak semua yang diperoleh bakal semua digunakan. Godaan gampang muncul untuk memenuhi gairah tulisan yang berbeda dari niat awal. Yang diinginkan adalah kepuasan, tidak hanya keberhasilan membuat tulisan. Namun, keberanian menentukan corak dan arah lain yang memberi kelegaan.
Pada saat di universitas, Erskine Caldwell menyukai perkuliahan bahasa Inggris dan sosiologi. Ia pun memiliki pekerjaan sambilan, setelah terbiasa mencari nafkah di surat kabar. Yang teringat: “Namun, perlahan-lahan aku mulai menggunakan berita-berita itu sebagai inspirasi untuk uraian ringkas dan cerpen-cerpen.” Ia membuat belokan.
Penulisan berita sudah rutin tapi keberaniannya menjadikan cerpen itu menimbulkan ketagihan. Ia berhasrat tekun menulis cerita setelah mengetahui teman-teman berhasil menulis novel dan puisi.
Akibatnya: “… aku sering pindah kelas dan cuti dari universitas untuk jangka waktu lama.” Semua demi belajar menulis fiksi. Pada usia 20-an tahun, ia menetapkan nasib. Predikat sebagai mahasiswa dan beragam pekerjaan sambilan menjadi pemicu “kepastian” menghasilkan cerita-cerita.
Yang ia inginkan: “Aku ingin menulis tentang tokoh-tokoh yang kukenal seolah mereka benar-benar hidup, bergerak, dan berbicara.” Pada saat tergoda penulisan cerita, ia mengerti sedang bertumbuh dalam rutinitas membuat berita dan mengetahui dampak pers bagi masyarakat masa 1920-an. Begitu.
(Erskine Caldwell, 2004, Perjalanan Sang Penulis, Prisma Media)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<