KURUNGBUKA.com, KAB. SERANG – Perayaan Bulan Bahasa yang diadakan setiap tahun di berbagai tempat mulai dari sekolah, kampus, dinas, komunitas hingga pegiat literasi merupakan salah satu wujud kecintaan kita terhadap Bahasa dan Sastra Indonesia. Perayaannya bisa berbagai bentuk kegiatan, ada yang mengadakan lomba-lomba sastra seperti baca puisi, cipta puisi, cipta cerpen, pantomim hingga pementasan drama.
Begitu semarak terlihat di berbagai tempat. Namun perayaan Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda kali ini agak berbeda dengan apa yang dilakukan di SMPN 2 Bojonegara. Bertempat di Lapangan Sekolah 600-an siswa dengan didampingi puluhan guru dari semua mata pelajaran tampak gembira mengadakan kegiatan Bulan Bahasa ini.
Kegiatan yang diadakan Pada Jumat (27/10/23) pagi tersebut, banyak diisi dengan kegiatan-kegiatan sastra. Ada musikalisasi puisi, pertunjukan drama hingga mendongeng. Bahkan kegiatan Bulan Bahasa ini juga akan diisi dengan kegiatan donasi untuk warga Palestina yang banyak menjadi korban perang. Lebih daripada itu untuk memotivasi para siswa agar meningkatkan kemampuan literasinya SMPN 2 Bojonegara mengundang Rahmat Heldy HS untuk memberikan materi tentang Motivasi Literasi.
Mengusung tema “Bersatu dengan Bahasa dan Berliterasi Untuk Bangsa” Romli, S.Pd selaku Kepala Sekolah mengatakan dalam sambutannya, ucapan terimakasih atas kehadiran Rahmat Heldy HS sebagai Duta Baca Banten.
Kegiatan Bulan Bahasa yang dirangkai dengan Sumpah Pemuda sekaligus diisi dengan penggalangan dana untuk Palestina ini juga akan diisi dengan materi motivasi literasi oleh Rahmat Heldy Hs.
“Kehadiran Pak Rahmat Heldy Hs di sekolah ini saya ucapkan banyak terima kasih. Kegiatan ini semoga dapat memotivasi kita untuk turut serta mengikuti jejaknya menjadi sastrawan dan mau membagi ilmunya bersama dengan kita,” harap Romli.
“Mohon kalian semua dengan hikmat mengikuti kegiatan ini dengan saksama, karena sangat besar sekali manfaatnya kegiatan Bulan Bahasa pada hari ini. Manfaat yang lebih besar lagi adalah, bahwa sastra juga bisa mengantarkan kita keliling dunia,” pungkasnya.
Setelah diisi dengan pertunjukan puisi bertemakan Palestina, kini giliran Rahmat Heldy Hs tampil memberikan materi motivasi literasi. Agar para peserta semuanya fokus, Rahel sapaan akrabnya, mengeluarkan dua buah hadiah bagi para peserta yang bisa menjawab pertanyaan selama kegiatan berlangsung. Rahel memulai dengan menceritakan kisahynya sewaktu masih usia SMP yang diberikan tugas menggembala kambing. Tapi selama menggembala ada satu mata pelajaran yang ia sukai, yaitu Bahasa dan sastra Indonesia.
Buku Bahasa dan Sastra Indonesia itu selalu ia bawa dan terus dibaca. Bahkan kisah kambingnya yang dimakan anjing pun sangat melekat dalam pikiran Rahel yang pada akhirnya kisah itu Rahel tulis dalam Novel Guruku Sayang Dibuang Jangan. Begitu juga kisah-kisah kehidupannya di kampus ia tulis dalam novel tersebut. Rahel juga memberikan motivasi pada siswa saat dirinya menulis novel Ada Surga di Kerudung Ibu yang isinya tentang perjuangannya menolong anak kampung yang tangannya putus akibat kena mesin pemotong kayu yang berujung pada pelaporan kepada Ketua DPR Kabupaten Serang.
Novel-novel yang ditulis itu kini telah banyak dibaca orang hingga dijadikan bahan penelitian para mahasiswa S1 dan S2, ada yang jadi skripsi dan juga tesis. Bahkan kisah perjalanannya ke Singapur dan juga Malaysia bersama teman-teman Rumah Dunia dalam kegiatan Muhibah Budaya Rumah Dunia, juga menjadi pembimbing travel writer yang didanai kemdikbud dalam bentuk Vokasi Menulis Kemdikbud juga diceritakan sebagai bentuk motivasi literasi dan melahirkan buku dengan judul Next Station. Pada buku ini Rahel menceritakan doa di atas pesawat lebih cepat dikabulkan. Bahkan pesawat yang ia tumpangi tersebut ia doakan agar nyasar tidak pulang ke Indonesia.
Sebuah doa yang tidak serius bahkan terkesan main-main. Tetapi karena doa yang tidak serius itu dituliskan dan jadi buku, akhirnya kegiatan yang diadakan pada tahun 2011 itu, terjawab ditahun 2022 ketika Rahel beserta istrinya terbang ke Timur Tengah, tepatnya Menuju Madinah dan Mekah. Tentu cerita Rahel tersebut menginspirasi banyak orang, bahkan ia menyampaikan dengan semangat dengan mengutip sebuah pepatah,
“Apa yang kita lisankan akan hilang terbawa angin dan yang kita tuliskan akan abadi selamanya. Kita hanya butuh satu buku untuk kita cintai mati-matian, kita gauli siang dan malam dan kita kritisi sepenuh hati. Siapa tahu dari satu buku itu dapat menuntun kita ke jalan hidup yang lebih baik,” tegasnya.
Kegiatan Bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda ditutup dengan kegiatan donasi untuk Palestina. Semua guru dan siswa memberikan donasi. Pemberian hadiah bagi siswa yang bisa menjawab pertanyaan, juga ditutup dengan pertunjukan drama. (hel/dhe)