Bagaimana Mekanik Membahasakan Kiamat?

bayangkan pegat vanbelt
di tanggal tua. & kau
terpaksa mendorong
dirimu sendiri. menuju
bengkel terdekat. beberapa
orang yang melintas mungkin
mengasihanimu tapi mereka
tak melakukan apa-apa &
tak mengerti apa-apa.

tidak ada reparasi
hari ini. semua rusak
dibetulkan besok
, sayup
kabar buruk meraung
di telingamu.

kemudian kau rasakan
komstirmu juga bengkok. &
& shockbreakermu
jedak-jeduk. & velgmu
penyok. & banmu seolah
ingin meleduk. & tali gasmu
putus. & akimu soak. &
kampas gandamu aus. &
busimu nembak-nembak. maka
tak heran mampus adalah
kata pertama yang
mengklakson kesadaranmu.

sehingga kau tersadar
klepmu juga bocor. tapi
pekik kontol yang lantang
masih pantang keluar
dari mulutmu. meski kau
lihat knalpotmu juga
ngebul. & tak mungkin
didempul. & seinmu selalu
dalam mode hazard. &
sehermu patah. & sasismu
rungkad. & crankcasemu
pecah.

kau tahu betul:
tak setiap yang bernyawa
pnp denganmu. & kangen
yang menggunung tak serupa
pulley yang dapat dibubut
dengan derajat kemiringan
tertentu. & beberapa kandas
tak mempan dilas.

sialnya spionmu justru
baik-baik saja. & kau melihat
pantulan aspal di belakang
begitu terjal & dipenuhi lubang.

sisanya kau terpaksa
kembali mendorong dirimu
sendiri. menuju bengkel
terdekat. sembari membatin,
hidup hanyalah
turun mesin yang rutin.

beberapa orang
yang melintas mungkin
kembali mengasihanimu
tapi mereka tak melakukan
apa-apa & tak mengerti
apa-apa.

(2024)

***

Mendengar The Smiths

tidak. aku benci The Smiths. aku
benci bagaimana mereka
mengawinkan melodi ceria &
lirik yang menohok dada. aku
benci lima ratus hari musim
panas. aku tak mau mampus
di sisimu. itu cara buruk
untuk mampus. aku tak bisa
merasakan tanah jatuh
di atas kepalaku. malam ini
sama sekali tak membukakkan
mataku. aku tetap tak perlu
pergi ke klub malam demi
menemukan seseorang
yang mencintaiku. tanpa
memohon, aku telah mendapat
apa yang kuinginkan. aku bahkan
mencintai pekerjaanku. & aku bakal
kembali ke rumah tua itu
lagi. sebab di sana terlalu banyak
kenangan baik.

tapi aku lebih benci kebohongan &
amat memuja kejujuran. maka
sekarang aku mesti berhenti
berpura-pura:

lihat, keberuntungan yang kumiliki
dapat membuat dewa terkuat
gantung diri;

atau merenung & merencanakan
pembunuhan massal

& sama sekali
tak menyesal.

(2023)

***

Ode to the Meth III

: disebabkan oleh The Strokes

6.
tanganku gatal. sial,
& kantuk tak kunjung
menjemput, & lapar
malah menciut, & setiap
sudut yang kulihat
mewujud paranoia
kesekian. seperti menunggu
adegan takut kejut
pemancing copot jantung

mencekam. penuh
teror, rawan tremor, &
debar-debar.

tanganku gatal,
sebentar…

7.
kau tahu bagaimana
kabar mimpi? malam apa
selamat pagi? berapa
harga tidur pulas? kau
tahu?

kau tahu, waktu
serupa bola yang
digelindingkan
dari tebing tinggi?

8.
begini, di keras petang
ketika semua dilalap
gelap & dipatah
lelah yang telah
meraksasa

kakiku masih tegak
berdiri, & pupil mataku
malah kian megar. bagai
bunga daisy disiram
sinar matahari
membesar
& melebar

tapi mengapa?

9.
kebebasan dimulai setelah
pukul lima sore. setelah
ia melepas pakaian yang
parlente. setelah lonjakan
dopamin membikin benaknya berjingkrak-menari. atau
mungkin setelah ia
hendak menebak-nebak
keinginannya sendiri

atau setelah aroma kabel
yang terbakar menguar
menyesaki lubang hidung

& kepalanya jadi limbung
macam dihantam seribu
puting beliung.

10.
di hadapan bong bekas
pakai & sebatang bangkai
lisong, ia menyadari
sesuatu: waktu
sekonyong-konyong
terbebas dari jerat ruang,
ibarat kabur dari
penjara hukum fisika

seingatnya, terakhir ia
memeriksa jam tangan
adalah dini hari

kini tiba-tiba saja
ayam sibuk berkokok
orang-orang pergi bekerja
& fajar bahkan telah rontok

apa meth mampu
membengkok
ruangwaktu?

tapi mana tahu
saat begini, waktu
memang gemar
menghilang barang
sebentar. sesekali pergi
ke suatu tempat yang
tak dapat ia dedah-terjemah.

(2024)

***

La Tristesse Durera Toujours

ternyata biru warna yang baka.
yang selalu baru. & pil tidur
tak bikinku tertidur
nyenyak. aku bangun
linglung, pandanganku
kabur. & mimpi ngeri
ketika terjaga. tak ada
energi lawan gravitasi
ranjang. kulitku tak disengat
fajar. maka defisiensi
vitamin d. & tulang-tulangku
hilang padatnya. struktur
otakku, selamanya
berubah. volume gray matterku
turun. lalu, aku alzheimer,
pikun, tak konsentrasi, &
tak selera makan atau
berinteraksi. dalam dua puluh
empat jam ke depan, aku
barangkali bakal mati rasa. &
kelak menembak orang asing
di pantai terdekat, memakai
pistol kaliber sembilan mm
di lenganku ini atau
membogem mentah
dinding rumah atau
memacu kuda besi
sekencang-kencangnya
& menabrak truk sepuluh ton
demi rasai sesuatu. atau
aku akan jadi mayat berjalan.
menakut-nakuti bocah inosens
di sekelilingku. lidahku cukup
tajam & kata-katanya terlampau
gersang. kabar buruknya, aku
tak akan dikubur sampai otakku
hancur atau jantungku bungkam. &
ketika mampus biologis datang,
orang tak-dikenal niscaya bilang
sesuatu yang tak perlu. &
mereka, kemungkinan besar,
akan terus menerus salah
paham & keliru membacaku.

selebihnya, aku
enam kaki di bawah tanah
digerogoti belatung-waktu.

(2023)

***

Apalah Arti Fotografi

: Susan Sontag

jika juru kamera
ialah
pembeku ruang-waktu

maka fotografi barangkali
tak lain seni bertahan
digempur kecemasan
yang akut. & kevulgaran
perang-kekerasan parah
yang malang melintang
sepanjang sejarah

sebab kita pernah
kalang kabut & mundur
teratur. sampai di balik
kamera. menuju suatu
tempat picik di mana
kita cuma punya satu
sudut pandang. seperti
menutup sebelah
mata. serupa kamera
diberi apertur besar:
fokus pada satu titik. &
sekeliling menjadi
samar-samar.
seakan-akan
dunia yang kacaubalau. beringas
& ganas. mampu dijinakkan
dalam sekali klik & memotret
persis sebentuk
voyeuristik. kesangenan
kronis pada keteraturan.

di hadapan kamera
semua gaya tak
berkutik. tapi jangan-jangan
mengambil gambar cuma
nama lain schadenfreude
seperti memasukan
pikiran de Sade
ke dalam perasaan.

(2024)

*) Image by istockphoto.com