image by istockphoto.com

KURIR SURAT

Ibu menyingkap rahasia ayah. bahwa ia
dulu tak pernah mencintai lelaki itu. ibu bilang,
lelaki yang menjadi ayahku adalah pembual, tertawa
seperti kera besar, dan suka membolos saat madrasah
hanya untuk jadi manol di pasar lama. bahkan dramatisnya
adalah bahwa ayahku jelas-jelas merebut ia dari pria lain.
yang kata ibu, ia dahulu sangat menyayangi pria itu.

Lalu kenapa ibu pada akhirnya mencintai
dan memilih setia kepada ayah bahkan ketika
kera besar yang bekerja sebagai manol
di pasar lama itu sudah tiada? tanyaku kepada ibu
yang tanpa sadar sepasang matanya menciptakan
sepasang sungai kerinduan.

Pembual itu adalah kurir surat, kata ibu. ayah membawa
surat-surat cinta untuk ibu yang ditulis pria pujaan hatinya
dan begitu pun sebaliknya. ayah dengan setia menunggu ibu menulis
surat-surat balasan untuk dikirimkan kembali kepada pria
pujaan hatinya. dan sialnya, ibu jadi punya
separuh waktu hanya untuk bersama si kurir surat.
membicarakan banyak hal, tertawa karena hal-hal amat sepele
dan menumbuhkan benih cinta yang seharusnya
dilarang tumbuh di kebun kepunyaan orang lain.

Apakah sesungguhnya ibu adalah kera besar betina
yang sebenarnya juga mampu melepaskan perkara
tidak penting tapi lucu seperti ayah?

Tentu saja. dan pada akhirnya ibu mengerti
bahwa cinta tak sebatas surat-surat cinta,
melainkan juga tindakan yang menafsirkan cinta.
sama seperti ayahku – lelaki kera besar itu –
yang memahami kesepian ibu adalah padang tandus.
dan cinta yang tumbuh di antara mereka menjelma jenggala.

2023

***

Catatan Pendek Sebelum Hujan Reda

kita semua adalah musim-musim yang berlalu,
silih berganti. kita adalah hujan dan kemarau.
kita juga yang membunuh pohon-pohon dan memenuhi
telaga-telaga. kita adalah jarak yang membentang
antara april dan september, begitu pun juga sebaliknya.
kita adalah hal-hal buruk yang menciptakan bencana,
kita juga hal-hal baik yang mencegahnya. dan pada
akhirnya kita tetap sebagai manusia. yang selalu dipenuhi
mimpi, kesedihan, dan rencana-rencana.

2022

***

Meditasi Sepi

aku melangkah dalam kegelapan tapi tidak sendiri
berteman sekotak basah korek untuk meracik api.

udara yang sangat dingin seperti belati
mendedah dadaku yang hanya berisi sepi.

aku tak tahu, aku di mana kini
sebab pagi sudah lama tak pernah kembali.

puisi semakin memabukkan daripada sebotol wiski
semakin aku katakan rindu, semakin pula aku ingin mati.

tangis yang pecah dari kepala hingga kaki
adalah cara sia-sia untuk mengiba pada ilahi.

dan merasa hangat di bawah sinar mentari
adalah cerita indah yang ingin kuulangi lagi.

2022