KURUNGBUKA.com – (12/07/2024) Penampilan pengarang kadang mengelabui bagi kita yang ingin mengenalinya. Di kehidupan sehari-hari, ia muungkin tampil wajar tanpa menunjukkan diri yang memiliki keistimewaan. Kita yang mengamatinya penasaran dengan kekuatan yang dimilikinya saat tangan memegang bolpoin atau jari-jari itu mengetik.
Yang semula tampak biasa menjadi berkekuatan besar. Keistimewaan itu imajinasi. Maka, kita terbiasa memuji dan menghormati pengarang yang tampak tekun dalam menulis atau mengetik, yang “dipersenjatai” imajinasi. Yang ditulis atau diketik adalah kata-kata. Namun, pada akhirnya itu bukan wujud yang biasa.
Nadine Gordimer menjelaskan yang istimewa sekaligus pelik dalam diri pengarang: “Namun, untuk menyimpulkan bahwa rangkaian imajinasi penulis dimainkan hanya atau terutama di atas kehidupannya sendiri, seperti ilustrasi bahwa seorang penulis terpenjara dalam kebutuhan untuk ‘membuat hal ini bisa dijelaskan’ atau tulisan fiksi adalah autobiografi, adalah sama saja dengan menyangkal dan bukannya mengungkap rahasia dari imajinasi.”
Yang dialami pengarang sangat sulit dimengerti oleh kita yang inginnya berperan sebagai pembaca saja. Terwujudnya tulisan fiksi adalah keyakinan dan penyangkalan imajinasi.
Kita dapat kagum saat membaca cerita, yang menunjukkan keampuhan pengaranganya dalam pergumulan imajinasi. Yang terbaca bukan cerita yang biasa saja: imajinasi sekadar ditaruh dan disajikan. Pengarang yang mengerti pikat dan ledakan imajinasi berjanji mengolahnya dengan mahir. Di situasi menulis dan pembuktian.
Nadine Gardiner memberikan pendefinisian yang mengejutkan: “Si penulis adalah tulang rusuk Adam dari karakter ciptaannya.” Yang memberikan cerita itu yang mencipta dan “dicipta”.
(Nadine Gordimer, 2004, Writing and Being, Jalasutra)
Dukung Kurungbuka.com untuk terus menayangkan karya-karya terbaik penulis di Indonesia. Khusus di kolom ini, dukunganmu sepenuhnya akan diberikan kepada penulisnya. >>> KLIK DI SINI <<<