IZINKAN KUSIMPAN KOTAMU

: Nanang R Supriyatin

izinkan kusimpan kotamu
di tumpukan tiket, surat
antigen, dan kerinduan
pada rumah: ruang tidur
selalu bikinku indah main
dengan mimpi. ruang depan
setiap waktu kulaungkan
impianku ke langit terang

izinkan kusematkan kotamu
di antara jadwaljadwal
perjalanan kelak. sebuah
pakansi penuh gairah

izinkan kupadamkan
kenangan ihwal kotamu
kerap mendorongku
bagai batu

Gambir, 16 Desember 2021

*

KEBAYA IBU

ibu selalu berkebaya
biarpun di rumah saja
di dapur atau ketika
menyiapkan makanan
di meja untuk kami
mataku selalu tertuju
pada ibu entah kagum
atau sekadar menikmati
paras ibu yang anggun

ibu dari dusun winduaji
cirebon. kata ayah, kebaya
dipakai ibu sejak remaja
cuma rambut tergerai
kecuali disanggul saat pesta

ibu bertemu ayah di jakarta
ayah tertarik pada ibu
bukan karena pandangan pertama
tapi sebab ibu berkebaya

ketika ibu meninggal
kebaya ibu di almari
dibagibagi kepada empat
anak perempuan dan empat
menantunya. aku yakin
ibu suka kebayanya dipakai
oleh anakanaknya

“itu warisan ibu
tak hilang berganti
zaman,” kata ayah

mata ayah basah
setiap melihat kebaya

Lampung, Desember 2022

*

BERKUNJUNG KE KOTAMU

ini kali aku berkunjung ke kotamu
– sebuah kota yang melahirkanmu
dan mungkin sedikit kenangan
kanakkanak sebelum kau lupakan
berapa tawa ditanam, sebanyak apa
tangis ditabur di sungai itu – setelah
itu kau hanya datang
untuk sebuah lengang

membaca suratsurat masa silam
menghitung sisa gundu di lemari
bonekaboneka manusia dan hewan
di atas kepala setiap kau tidur
lalu menatapi rajutan liur labalaba
plafon yang sedikit melompong
tembus genting bercahaya; itulah
matamu yang selalu diingat
setelah itu semua sekarat

tak ada lagi kenangan untuk disayang
jika kelak harus terbuang. tiada lagi
senyuman sebab benarbenar tak abadi
kecuali rajutan liur labalaba; kelak pun
akan menggulung masa lalu dan
masa depan

dan kau akan semakin terbata
saat mengeja kota kelahiran itu
ketika kau tahu silam dan sekarang
hanya putaran yang merajut di tubuh

– esok hanya bayang
di matamu yang tergenang –

2021